Governance Token 2025: Fungsi, Cuan & Risikonya! – INDODAX

Top Performers Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel
Di 2025, kamu nggak bisa lagi anggap governance token cuma sebagai alat voting di dunia kripto. Token ini justru jadi jantung ekosistem DeFi dan DAO bisa kasih kamu akses ke proposal, hak suara, bahkan jadi syarat buat airdrop. Kalau kamu tahu cara mainnya, governance token bisa jadi sumber cuan jangka panjang sekaligus alat kendali komunitas atas proyek kripto favoritmu.
 
Istilah ini sering muncul di proyek-proyek besar macam Uniswap, MakerDAO, dan Arbitrum. Tapi sebenarnya, apa sih governance token itu?
Governance token adalah aset kripto yang memberikan pemiliknya hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan suatu protokol atau proyek blockchain. Berbeda dengan kripto yang hanya berfungsi sebagai alat tukar atau investasi, governance token secara spesifik dirancang sebagai instrumen demokrasi digital dalam ekosistem terdesentralisasi. Kalau kamu belum familiar sama dunia DeFi, kamu bisa pelajari dulu dasar-dasar DeFi di sini biar lebih paham kenapa governance token itu penting.
Bayangkan governance token seperti “saham voting” di perusahaan tradisional, tapi dengan transparansi blockchain. Dengan memiliki token ini, kamu bisa mengajukan, membahas, dan memilih proposal yang akan menentukan masa depan protokol mulai dari alokasi dana treasury hingga perubahan teknologi fundamental.
Di 2025, semakin banyak proyek yang mengimplementasikan mekanisme voting on-chain, di mana setiap suara tercatat permanen dalam blockchain, menciptakan sistem tata kelola yang benar-benar transparan dan tidak bisa dimanipulasi.
Tapi governance token bukan cuma soal voting. Ada banyak fungsi menarik yang bisa bikin kamu untung.
 
Setiap governance token bisa punya peran berbeda, tergantung pada protokolnya. Tapi secara umum, ini beberapa fungsi utama yang wajib kamu tahu.
 
Saat sebuah protokol membutuhkan perubahan teknis atau fungsional, pemilik governance token bisa memberikan suara mereka. Proposal bisa berupa peningkatan keamanan, optimasi biaya gas, atau bahkan penambahan fitur baru yang bisa mengubah total cara kerja platform.
Contoh nyata: di awal 2025, pemilik token UNI (Uniswap) berhasil menyetujui proposal untuk mengimplementasikan teknologi ZK-rollup yang secara signifikan menurunkan biaya transaksi hingga 85%.
Bagaimana fee transaksi dikumpulkan dan didistribusikan adalah keputusan penting yang sering ditentukan oleh pemilik governance token. Ini termasuk persentase fee yang masuk ke treasury, dibagikan ke penyedia likuiditas, atau bahkan dibakar (burn) untuk mengurangi suplai token.
Aave, misalnya, melalui vote pemilik token AAVE, telah menyesuaikan struktur biaya pinjaman mereka beberapa kali untuk mempertahankan kompetitivitas di pasar DeFi.
Treasury DAO ini sering kali dikunci sebagai jaminan (collateral) dalam berbagai strategi protokol. Pemegang governance token memiliki wewenang untuk menentukan bagaimana dana ini digunakan apakah untuk pengembangan produk, marketing, insentif komunitas, atau investasi strategis. Kalau kamu belum tahu soal konsep collateral di dunia DeFi, artikel ini bisa bantu kamu pahami fungsinya lebih jauh.
Arbitrum Foundation, dengan treasury senilai lebih dari $1 miliar, menggunakan voting ARB untuk memutuskan alokasi dana untuk developer ekosistem dan inisiatif pertumbuhan.
Banyak proyek baru melihat partisipasi aktif dalam governance sebagai sinyal komitmen pada ekosistem. Akibatnya, mereka sering memberi prioritas airdrop kepada pemegang governance token yang aktif.
Contoh paling menonjol di 2025 adalah airdrop ZK token kepada pengguna yang secara konsisten berpartisipasi dalam voting Polygon zkEVM dan Arbitrum.
Model terbaru yang semakin populer adalah “governance staking”—di mana kamu tidak hanya memegang token, tapi juga meng-stake-nya untuk periode tertentu demi mendapatkan hak voting plus reward.
Starknet dengan token STRK misalnya, menawarkan APY hingga 12% bagi pemegang yang meng-stake token mereka dan berpartisipasi dalam minimal 80% voting selama periode lock-up.
Nah, dari fungsi-fungsi tadi, jelas bahwa governance token bukan token sembarangan. Tapi, bisa nggak token ini juga kasih cuan nyata buat kamu?
 
Kalau kamu cuma mikir governance token itu buat voting doang, kamu ketinggalan jauh. Faktanya, banyak cuan yang bisa kamu raih dari jenis token ini.
 
Banyak proyek Layer-2 dan ZK-rollup terbaru mempertimbangkan partisipasi governance sebagai kriteria utama untuk distribusi token. EigenLayer, sebagai contoh, memberikan bobot lebih tinggi dalam formula airdrop mereka bagi wallet yang aktif melakukan voting di protokol DeFi terkemuka.
Strategi “governance hopping” di mana kamu secara sistematis berpartisipasi dalam voting berbagai protokol bisa menghasilkan puluhan ribu dolar dalam bentuk airdrop bagi pelaku yang konsisten.
Model “vote-to-earn” semakin dominan di 2025. Protokol seperti AAVE, Compound, dan yang terbaru, Sky Protocol (rebranding dari MakerDAO), memberikan reward tambahan bagi pemegang token yang aktif berpartisipasi dalam voting.
Beberapa protokol bahkan menawarkan yield boosting di mana APY staking kamu meningkat sesuai dengan tingkat partisipasi dalam voting. Ini bisa menjadi sumber passive income yang stabil dengan APY rata-rata 8-15%.
Governance token dari protokol tier-1 umumnya memiliki kapitalisasi pasar yang substansial dan likuiditas tinggi. UNI, ARB, OP, dan MKR konsisten masuk dalam 50 token kripto teratas berdasarkan market cap.
Dengan adopsi institusional yang meningkat, governance token semakin dipandang sebagai “blue chip” kripto aset yang layak masuk portfolio jangka panjang.
Pengguna yang mendapatkan airdrop UNI di 2020 dan terus memegang serta berpartisipasi dalam governance hingga 2025 telah menyaksikan nilai token mereka tumbuh lebih dari 700%. Lebih dari itu, mereka juga mendapatkan hak voting dalam keputusan penting seperti “fee switch” yang akhirnya diaktifkan pada Q1 2025 keputusan yang meningkatkan nilai fundamental UNI secara signifikan.
Tapi di balik potensi cuannya, governance token juga punya risiko yang harus kamu perhitungkan.
 
Meski terlihat menggiurkan, governance token bukan tanpa celah. Bahkan, beberapa proyek besar sempat dikritik karena tata kelola yang timpang.
 
Salah satu risiko terbesar dalam sistem governance adalah konsentrasi token di tangan segelintir pemain besar. Di beberapa protokol, satu wallet VC bisa memegang 10-20% supply token—memberikan mereka kekuatan veto de facto.
Kasus Curve Finance di 2024 menjadi pelajaran penting, di mana keputusan strategis protokol bisa diblokir oleh hanya 3 wallet besar, menimbulkan pertanyaan tentang seberapa “terdesentralisasi” sebenarnya sistem ini.
Statistik menunjukkan bahwa rata-rata hanya 15-25% dari total supply governance token yang benar-benar digunakan untuk voting. Fenomena “voter apathy” ini mengancam legitimasi keputusan DAO dan bisa membuat protokol rentan terhadap serangan governance.
Banyak pemilik token yang malas berpartisipasi dalam voting karena berbagai alasan—mulai dari kompleksitas proposal hingga ketidakpedulian terhadap hasil voting.
Mekanisme voting on-chain, meski lebih aman dan transparan, bisa sangat mahal dalam hal biaya gas—terutama di blockchain utama seperti Ethereum. Ini menciptakan hambatan masuk bagi pemegang token kecil.
Beberapa protokol mencoba mengatasi ini dengan implementasi L2 atau solusi off-chain seperti Snapshot, namun ini mengorbankan aspek trustless dari proses voting.
Banyak protokol menggunakan platform Snapshot untuk voting off-chain yang lebih murah. Namun, ini menciptakan risiko karena hasil voting harus diimplementasikan melalui proses manual oleh tim pengembang.
Ini menimbulkan titik sentralisasi yang bertentangan dengan prinsip dasar DeFi, dan dalam beberapa kasus, membuka peluang penundaan atau bahkan pengabaian hasil voting.
Pada Q3 2024, Arbitrum Foundation menghadapi krisis ketika mereka mencoba memaksakan proposal alokasi dana tanpa persetujuan komunitas yang memadai. Proposal tersebut secara teknis “lolos” karena rendahnya partisipasi voting, namun memicu reaksi keras dari komunitas.
Kasus ini menunjukkan bahwa meski secara formal demokratis, sistem governance masih rentan terhadap manipulasi prosedural dan ketidakselarasan kepentingan.
Jadi, penting banget kamu tahu governance token mana yang benar-benar sehat dari sisi tata kelola dan partisipatif.
 
Biar kamu nggak asal pilih, ini dia daftar governance token yang paling relevan dan aktif di 2025, berdasarkan data komunitas dan partisipasi voting.
 
Token ARB tetap menjadi salah satu governance token paling aktif dengan rata-rata partisipasi voting mencapai 35% jauh di atas rata-rata industri. Treasury DAO Arbitrum yang besar (~$1,2 miliar) menjadikan setiap proposal voting memiliki dampak nyata.
Sistem “Security Council” yang baru diimplementasikan di Q1 2025 menambahkan lapisan keamanan tambahan untuk mencegah serangan governance, sambil tetap mempertahankan sifat terdesentralisasi.
OP (Optimism) terus menjadi pionir dalam inovasi governance dengan implementasi penuh quadratic voting di mana kekuatan suara tidak berbanding lurus dengan jumlah token, melainkan akar kuadrat dari jumlah token.
Program RetroPGF (Retroactive Public Goods Funding) generasi keempat mereka mengalokasikan lebih dari $50 juta untuk proyek-proyek open source, dengan pemegang OP memiliki peran penting dalam memilih penerima.
Rebranding dari MakerDAO ke Sky Protocol di awal 2025 membawa perubahan fundamental dalam sistem governance mereka. Model staking governance baru “Phoenix” memungkinkan pemegang MKR mendapatkan yield hingga 18% sambil mempertahankan hak voting mereka.
Dengan total value locked (TVL) yang terus bertahan di atas $15 miliar, keputusan governance di Sky Protocol memiliki dampak sistemik bagi seluruh ekosistem DeFi.
Voting fee switch yang akhirnya diaktifkan pada Q1 2025 menjadi milestone penting bagi Uniswap. Ini mengubah UNI (Uniswap) dari token yang hanya bernilai berdasarkan spekulasi menjadi token dengan nilai intrinsik berbasis pendapatan protokol.
Mekanisme fee-sharing yang baru memungkinkan pemegang UNI mendapatkan bagian dari fee transaksi global Uniswap yang mencapai $5 juta per hari.
Sebagai pendatang yang relatif baru, token STRK Starknet telah membangun model DAO yang inovatif dengan fokus pada pembangunan ekosistem ZK-rollup. Sistem voting dua tingkat mereka memisahkan keputusan teknis dan strategis, memungkinkan spesialisasi dan efisiensi yang lebih baik.
Program validator delegasi mereka juga memberi pemegang STRK kesempatan untuk mendapatkan reward validasi tanpa harus mengoperasikan node sendiri.
Meski belum sepenuhnya diluncurkan, token ZRO dari protokol cross-chain LayerZero sudah menjadi incaran para airdrop hunter. Sistem pre-governance mereka yang memungkinkan pengguna untuk berpartisipasi dalam “simulasi voting” dianggap sebagai pendekatan inovatif untuk membangun komunitas governance sebelum token diluncurkan secara resmi.
Sudah tahu jenisnya, sekarang waktunya kamu pahami kenapa governance token makin relevan untuk masa depan desentralisasi.
 
Tanpa governance token, DAO bukan DAO. Token ini jadi fondasi dari semua keputusan besar mulai dari pendanaan komunitas, pemilihan leader, sampai arah proyek.
 
Seiring regulasi kripto yang semakin jelas, DAO tidak lagi hanya eksperimen niche. Di 2025, beberapa DAO bahkan telah mendapatkan pengakuan legal di yurisdiksi tertentu seperti Wyoming dan Dubai, membuka jalan bagi integrasi yang lebih dalam dengan sistem finansial tradisional.
Kolaborasi L2 (layer-2) dengan DAO membuat partisipasi lebih murah dan efisien. Protokol seperti Polygon Miden dan Arbitrum Nova secara khusus mengoptimalkan operasi DAO dengan biaya transaksi minimal untuk voting dan eksekusi proposal.
Governance token semakin berkembang melampaui sekadar instrumen voting. Mereka menjadi alat demokrasi digital yang komprehensif, dengan fitur seperti delegasi cerdas (smart delegation), di mana kamu bisa mendelegasikan voting power ke expert di bidang spesifik tanpa menyerahkan kendali penuh.
Implementasi teknologi zero-knowledge proof dalam voting juga mulai bermunculan, memungkinkan pembuktian partisipasi tanpa mengungkapkan preferensi spesifik pemilih menambah lapisan privasi dalam proses yang tetap transparan.
Dengan semakin banyaknya aktivitas finansial yang berpindah on-chain, governance token juga berperan sebagai alat pengawasan publik. Pemegang token bisa meminta audit, investigasi, atau bahkan mengajukan proposal untuk mengatasi kelemahan keamanan yang terdeteksi.
Beberapa protokol bahkan mengimplementasikan sistem “bounty governance” di mana pemegang token bisa mengalokasikan dana untuk bug bounty dan penghargaan keamanan, secara langsung berkontribusi pada keamanan ekosistem.
Kalau kamu percaya pada visi desentralisasi, governance token harus jadi bagian dari portofoliomu.
 
Artikel menarik lainnya untuk kamu: Pahami juga perbedaan antara crypto dan DeFi di sini.
 
Governance token bisa kasih kamu kuasa, cuan, dan masa depan yang lebih terbuka di dunia kripto. Tapi semua itu akan sia-sia kalau kamu nggak tahu cara makainya. Di 2025, token ini bukan sekadar alat spekulasi, tapi juga instrumen partisipasi aktif dalam pembentukan masa depan ekonomi digital.
Dengan memahami fungsi governance token mulai dari voting proposal hingga eligibility airdrop—kamu bisa memaksimalkan nilai dari kepemilikan token ini. Potensi cuan jangka panjang dari token ini juga signifikan, terutama bagi mereka yang konsisten berpartisipasi dalam ekosistem.
Namun, tetap waspadai risikonya. Dominasi whale, voter apathy, dan biaya partisipasi bisa jadi kendala serius. Pilih protokol dengan struktur governance yang sehat, partisipasi aktif dari komunitas, dan mekanisme yang melindungi dari sentralisasi terselubung.
Yang terpenting, jangan jadi pemegang token pasif. Governance token memberikan kamu suara gunakanlah! Masa depan DeFi, DAO, dan web3 secara keseluruhan akan dibentuk bukan oleh pengembang atau investor besar saja, tapi oleh komunitas pemegang token yang aktif dan peduli.
 
Itulah pembahasan menarik tentang Governance Token yang bisa kamu pelajari lebih dalam hanya di Akademi crypto. Tidak hanya menambah wawasan tentang investasi, di sini kamu juga dapat menemukan berita crypto terkini seputar dunia kripto.
Follow Sosmed Twitter Indodax sekarang
 
Dan untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store. Kamu juga bisa mulai beli Bitcoin, beli Ethereum, dan aset kripto lainnya dengan praktis hanya dalam genggaman di INDODAX Market.. Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
 
1. Apa bedanya governance token dan utility token?
Governance token memberi hak suara dan partisipasi dalam pengambilan keputusan protokol, sedangkan utility token digunakan untuk mengakses layanan atau fitur dalam ekosistem. Misalnya, BNB adalah utility token yang digunakan untuk pembayaran fee di Binance, sementara UNI adalah governance token yang memberi hak voting di Uniswap. Beberapa token modern menggabungkan kedua fungsi ini. Kalau kamu mau tahu daftar coin DeFi yang bisa kamu pertimbangkan, cek daftar coin DeFi terbaik 2025 ini.
2.  Apakah governance token bisa diperjualbelikan?
Ya, kamu bisa membeli dan menjual governance token di exchange kripto seperti token pada umumnya. Mereka diperdagangkan di exchange terpusat seperti Binance dan Coinbase, serta di DEX seperti Uniswap. Likuiditas governance token populer biasanya tinggi, meskipun untuk token yang lebih kecil atau baru, likuiditas bisa menjadi tantangan.
3. Apakah semua governance token memberi reward staking?
Tidak semua. Hanya protokol dengan mekanisme staking governance aktif yang memberikan reward tambahan. Saat ini, sekitar 60% governance token top 50 menawarkan semacam reward staking, namun implementasinya sangat bervariasi. Beberapa memberikan APY tetap, sementara yang lain memberi boosting reward berdasarkan partisipasi dalam voting atau lamanya periode lock-up.
4. Voting governance itu selalu on-chain?
Tidak. Banyak proyek menggunakan platform Snapshot untuk voting off-chain karena biaya gas yang lebih rendah. Meskipun dilakukan off-chain, hasil voting tetap transparan dan dicatat publik. Beberapa protokol menggunakan pendekatan hibrida: voting preliminary dilakukan off-chain, dan hanya keputusan final yang dieksekusi on-chain untuk menghemat biaya.
5. Governance token cocok untuk investor pemula?
Ya, governance token bisa cocok untuk pemula, tetapi dengan beberapa catatan. Kamu harus memahami proyek yang mendasarinya dan tidak asal FOMO ikut vote. Mulailah dengan governance token dari protokol besar dan mapan seperti Uniswap atau Aave yang memiliki dokumentasi komprehensif dan komunitas aktif. Manfaatkan forum diskusi protokol untuk belajar sebelum berpartisipasi dalam voting, dan jangan investasikan dana lebih dari yang kamu siap untuk hilangkan.
Author: RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
 
Apa Itu Kripto? Kripto adalah aset digital yang nilainya ditentukan…
Bitcoin merupakan aset kripto pertama, diluncurkan pada tahun 2009, dan…
Blockchain adalah teknologi revolusioner yang telah mengubah cara kita menyimpan…
Beri nilai untuk artikel ini
Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.
  Makin banyak dApp bermunculan tiap hari, tapi nggak semuanya
Di 2025, kamu nggak bisa lagi anggap governance token cuma
  Dividen Tanpa Saham, Emang Bisa? Dividen selama ini identik
Gedung Millennium Centennial Center Lt.2, Jl. Jend. Sudirman No.Kav 25, Kuningan, Jakarta Selatan 12920.
Jl. Sunset Road No. 48 a-b, Legian, Kuta, Kabupaten Badung, Bali 80361.
Tamora Square, Jl. Subak Sari 13, Desa Tibubeneng, Kec. Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali 80361.
Tentang Kami
Hubungi Kami
Program Afiliasi
Bantuan
Market
Academy
OTC
Syarat dan Ketentuan
Kebijakan Privasi
API
Blog
Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
Copyright © 2025 PT Indodax Nasional Indonesia. All Rights Reserved.

source

Leave a Reply

This will close in 0 seconds