CBDC vs Kripto: Siapa Paling Siap Jadi Uang Masa Depan? – INDODAX

Top Performers Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel
 
Di masa depan, kamu mungkin tidak lagi perlu menyentuh uang kertas. Dunia sedang berpacu memperkenalkan bentuk uang baru yang tak bisa kamu simpan di dompet biasa. Dari bank sentral yang mengembangkan CBDC, hingga komunitas global yang mendorong kripto jadi alat tukar utama, persaingan menuju dominasi “uang masa depan” makin panas. Tapi, siapa yang paling siap?
Perubahan ini bukan sekadar tren teknologi semata, melainkan transformasi fundamental dalam cara kita bertransaksi, menyimpan nilai, dan memandang konsep uang itu sendiri. Saat negara-negara di seluruh dunia berlomba mengembangkan mata uang digital, komunitas kripto terus tumbuh dengan ideologi dan solusi alternatifnya. Mari kita telusuri lebih dalam untuk memahami persaingan ini.
 
Sebelum kamu menjawab siapa yang akan memimpin, kamu perlu tahu dulu apa yang dimaksud dengan “uang masa depan”.
Uang masa depan pada dasarnya adalah alat tukar non-fisik berbasis digital yang memungkinkan transaksi tanpa perlu bertatap muka atau menyerahkan sesuatu secara fisik. Berbeda dengan uang tradisional yang bisa kamu pegang, uang masa depan sepenuhnya digital dan hanya bisa diakses melalui perangkat elektronik seperti smartphone atau komputer.
 
Saat ini, ada 3 bentuk utama uang digital yang sedang berkembang:
 
Berdasarkan data Bank for International Settlements (BIS) per tahun 2024, lebih dari 60 negara sedang dalam tahap eksplorasi atau pengembangan CBDC. Sementara itu, Chainalysis Global Crypto Adoption Index 2024 menunjukkan adopsi kripto telah mencapai level tertinggi di berbagai negara berkembang, dengan Vietnam, Filipina, dan Ukraina memimpin peringkat adopsi global.
Dari sini, kita bisa lihat bahwa uang masa depan bukan sekadar teknologi, tapi juga ideologi tentang siapa yang mengontrol sistem keuangan. Sementara CBDC mempertahankan kendali negara, kripto menawarkan alternatif yang lebih terdesentralisasi.
 
Sekarang mari kita lihat kandidat pertama—CBDC, atau Central Bank Digital Currency.
 
CBDC adalah bentuk digital dari mata uang fiat (seperti Rupiah, Dollar, atau Euro) yang dikeluarkan langsung oleh bank sentral suatu negara. Tidak seperti uang elektronik yang dikeluarkan oleh perusahaan swasta, CBDC memiliki nilai dan keabsahan yang sama dengan uang tunai, hanya saja dalam bentuk digital.
Beberapa contoh CBDC yang sedang dikembangkan adalah:
 
Beberapa bentuk mata uang digital yang dirancang dan dikendalikan oleh bank sentral—disebut CBDC telah dikembangkan di berbagai negara, seperti Rupiah Digital di Indonesia, e-CNY di Tiongkok, serta e-Euro dan Digital Ruble di Eropa dan Rusia.
Bank sentral di berbagai negara memiliki berbagai tujuan dalam mengembangkan CBDC, namun yang utama adalah peningkatan inklusi finansial dan penguatan kontrol moneter. Dengan CBDC, bank sentral bisa memastikan akses layanan keuangan bagi masyarakat yang belum terjangkau perbankan tradisional, sekaligus mempertahankan kendali atas ekonomi nasional.
Seperti yang disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pada Februari 2024: “Rupiah Digital merupakan salah satu inisiatif strategis Bank Indonesia untuk mengakselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan nasional, sekaligus memperkuat efektivitas kebijakan moneter.”
CBDC memiliki beberapa kelebihan yang signifikan:
Namun, ada juga risiko dan kekhawatiran seputar CBDC yang tidak bisa diabaikan:
European Central Bank (ECB) dalam publikasi resminya menyatakan bahwa mereka bertujuan mendesain e-Euro yang “menyeimbangkan antara privasi dan kepatuhan terhadap regulasi, sambil tetap memastikan fitur-fitur uang digital yang diharapkan masyarakat.”
CBDC memang tampak menjanjikan, tapi ada tantangan besar yang tak bisa diabaikan begitu saja. Selain isu teknis, ada pertanyaan fundamental tentang keseimbangan antara kenyamanan digital dan potensi pengawasan yang berlebihan.
 
Di sisi lain, kripto muncul sebagai lawan yang lebih radikal dan terdesentralisasi.
 
Cryptocurrency atau kripto lahir dari filosofi yang sangat berbeda dengan CBDC. Jika CBDC mewakili evolusi digital dari sistem moneter tradisional, kripto adalah revolusi yang menantang asumsi dasar bahwa uang harus dikontrol oleh pemerintah. Bitcoin, yang diluncurkan pada 2009 setelah krisis finansial global, mengusung prinsip anti-otoritas, transparansi, dan sistem finansial terbuka.
Aset kripto utama yang saat ini beredar meliputi:
 
Keunggulan utama kripto dibandingkan CBDC terletak pada sifat dasarnya yang terdesentralisasi:

Data dari Chainalysis pada 2024 menunjukkan fakta menarik: adopsi kripto tertinggi justru ditemukan di negara-negara berkembang seperti Vietnam, Filipina, Ukraina, dan Nigeria. Fenomena ini sebagian disebabkan oleh tingginya kebutuhan akan alternatif untuk sistem perbankan tradisional yang terbatas atau mata uang lokal yang tidak stabil.
 
Tantangan kripto tidak bisa diabaikan, terutama dari sisi risiko penggunaannya:
 
Meski terkesan “liar”, kripto justru membawa semangat inklusi yang belum tentu bisa dicapai CBDC. Di negara-negara dengan infrastruktur perbankan terbatas atau mata uang yang tidak stabil, kripto telah menjadi alternatif yang berharga bagi masyarakat untuk mengakses layanan keuangan dan melindungi nilai aset mereka.
 
Untuk membantumu lebih memahami, berikut tabel perbandingan langsung dari berbagai aspek:
 
Perbandingan ini membuka mata bahwa keduanya memiliki kelebihan tersendiri, tergantung siapa yang menggunakannya dan untuk apa. CBDC mungkin lebih cocok untuk transaksi sehari-hari dengan jaminan legalitas dan stabilitas, sementara kripto bisa menjadi pilihan untuk transfer nilai internasional atau sebagai perlindungan terhadap inflasi mata uang lokal.
 
Pertanyaannya sekarang: siapa yang lebih unggul secara realisasi di lapangan?
 
Dalam hal CBDC, beberapa negara telah mencapai kemajuan signifikan:
Di sisi kripto, adopsi sebagai alat pembayaran resmi juga mulai terjadi:
Menurut data Statista dan CoinGecko 2024, negara-negara dengan tingkat kepemilikan kripto tertinggi adalah:
 
Sementara itu, Indonesia juga bergerak maju dengan Rupiah Digital yang saat ini dalam tahap uji coba. Bank Indonesia telah melakukan sejumlah pilot project di berbagai wilayah untuk menguji kelayakan dan penerimaan masyarakat terhadap CBDC nasional ini.
Terlihat bahwa negara punya kekuatan infrastruktur, tapi masyarakat juga mulai memilih secara organik melalui kripto. Fenomena ini menciptakan dinamika menarik dimana kekuatan top-down pemerintah bertemu dengan gerakan bottom-up masyarakat dalam membentuk lanskap keuangan digital masa depan.
 
Setelah melihat dari berbagai sisi, kita sampai pada pertanyaan kunci.
 
Dalam hal kesiapan regulasi dan adopsi institusional, CBDC jelas lebih unggul. Bank-bank sentral memiliki otoritas dan sumber daya untuk memastikan implementasi yang luas dan terstruktur. Dukungan pemerintah juga memberi CBDC legitimasi yang tidak dimiliki kripto. Selain itu, infrastruktur perbankan yang sudah mapan memudahkan integrasi CBDC ke dalam sistem keuangan yang ada.
Di sisi lain, kripto lebih siap dari segi inovasi teknologi dan adopsi komunitas. Ekosistem kripto berkembang dengan cepat berkat sifatnya yang terbuka dan terdesentralisasi. Ribuan proyek kripto bermunculan dengan solusi inovatif untuk berbagai masalah, mulai dari mikropembayaran sampai aplikasi keuangan kompleks. Dukungan komunitas global juga memberikan daya tahan terhadap upaya pembatasan oleh otoritas tertentu.
Yang menarik, beberapa ahli memprediksi kemungkinan co-existence atau hidup berdampingan antara kedua sistem ini. Sebagai contoh, stablecoin (kripto yang nilainya dipatok pada mata uang fiat) bisa digunakan dalam ekosistem CBDC untuk transaksi lintas batas. Bahkan ada kemungkinan CBDC mengadopsi beberapa aspek teknologi blockchain yang awalnya dikembangkan untuk kripto.
Menurut penelitian terbaru dari International Monetary Fund (IMF), “Sistem keuangan masa depan kemungkinan besar akan menjadi hibrida, mengkombinasikan elemen-elemen dari CBDC, mata uang kripto, dan sistem pembayaran tradisional untuk memenuhi berbagai kebutuhan pengguna.”
Jawabannya bukan hitam putih. Uang masa depan bisa jadi akan lahir dari gabungan dua dunia ini, mengambil kelebihan masing-masing sambil meminimalkan kelemahan. Yang pasti, transformasi ini akan mengubah cara kita berinteraksi dengan uang secara fundamental.
 
Dunia sedang berevolusi menuju sistem keuangan digital. CBDC menawarkan kestabilan dan kendali, sementara kripto menjanjikan kebebasan dan efisiensi. Kamu sebagai pengguna harus siap menghadapi dua arus besar ini dengan bijak, karena uang masa depan bukan hanya soal teknologi—tapi juga tentang siapa yang punya kendali atasnya.
Perjalanan menuju uang masa depan masih panjang, dengan berbagai tantangan teknis, regulasi, dan sosial yang harus diatasi. Namun satu hal yang pasti: kita sedang menyaksikan transformasi fundamental dalam sejarah uang, sebuah perubahan yang dampaknya akan dirasakan oleh generasi-generasi mendatang.
Bagaimanapun bentuk finalnya nanti, yang terpenting adalah aksesibilitas, keamanan, dan inklusivitas bagi semua orang—bukan hanya mereka yang memiliki akses ke teknologi canggih. Uang masa depan harus melayani seluruh masyarakat, bukan hanya segelintir elit teknologi atau finansial.
 
Itulah pembahasan menarik tentang CBDC vs Kripto: Siapa Paling Siap Jadi Uang di Masa Depan yang bisa kamu pelajari lebih dalam hanya di Akademi crypto. Tidak hanya menambah wawasan tentang investasi, di sini kamu juga dapat menemukan berita crypto terkini seputar dunia kripto.
Follow IG Indodax
 
Dan untuk pengalaman trading yang mudah dan aman, download aplikasi crypto terbaik dari INDODAX di App Store atau Google Play Store. Kamu juga bisa mulai beli Bitcoin, beli Ethereum, dan aset kripto lainnya dengan praktis hanya dalam genggaman di INDODAX Market.. Ikuti juga sosial media INDODAX di sini: Instagram, X, Youtube & Telegram
 
Apakah CBDC bisa menggantikan kripto?
Tidak secara langsung, karena keduanya punya fungsi berbeda. CBDC dikontrol negara dan dirancang untuk transaksi harian dengan jaminan stabilitas nilai. Sementara kripto menawarkan independensi dari kontrol pemerintah dan fitur tambahan seperti kontrak pintar atau anonimitas. Keduanya kemungkinan akan mengisi niche yang berbeda dalam ekosistem keuangan digital.
Apakah uang kertas akan benar-benar hilang?
Perlahan menurun, tapi belum tentu punah total dalam waktu dekat. Menurut laporan European Central Bank dan Bank for International Settlements, uang tunai masih akan memiliki peran penting selama beberapa dekade mendatang, terutama di daerah dengan infrastruktur digital terbatas atau untuk kelompok masyarakat tertentu seperti lansia. Transisi menuju cashless society akan bertahap dan bervariasi di berbagai negara.
Apakah kripto bisa jadi alat pembayaran resmi?
Bisa, tapi tergantung regulasi masing-masing negara. El Salvador adalah contoh pertama negara yang menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran resmi pada 2021, diikuti oleh Republik Afrika Tengah. Namun, sebagian besar negara masih ragu mengadopsi kripto sebagai alat pembayaran resmi karena kekhawatiran tentang stabilitas nilai, potensi pencucian uang, dan hilangnya kontrol moneter.
Apakah saya harus memilih salah satu?
Tidak harus. Kamu bisa manfaatkan keduanya untuk kebutuhan yang berbeda: transaksi harian (CBDC/e-money), investasi (kripto). Menerapkan diversifikasi alat keuangan digital bisa menjadi strategi yang bijak di era transisi ini, agar kamu tidak terlalu bergantung pada satu jenis aset saja.
Apa dampak uang digital terhadap privasi finansial?
Dampaknya sangat bergantung pada desain teknologi dan regulasi. CBDC berpotensi mengurangi privasi finansial karena semua transaksi tercatat dan bisa diakses otoritas. Kripto menawarkan tingkat privasi yang bervariasi—beberapa sangat transparan (Bitcoin), sementara lainnya dirancang khusus untuk privasi maksimal (Monero). Masyarakat perlu terlibat aktif dalam diskusi publik tentang keseimbangan antara pengawasan dan privasi dalam sistem keuangan digital.
Bagaimana dengan keamanan uang digital?
Keamanan CBDC bergantung pada infrastruktur yang dibangun oleh bank sentral, yang umumnya memiliki standar keamanan tinggi tapi tetap rentan terhadap risiko siber berskala besar. Keamanan kripto bergantung pada protokol blockchain yang mendasarinya dan praktik keamanan pribadi pengguna. Kedua sistem menghadapi tantangan keamanan yang berbeda, dan peningkatan literasi digital sangat penting bagi pengguna untuk melindungi aset digital mereka.
 
Author: RB

DISCLAIMER:  Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
 
Apa Itu Kripto? Kripto adalah aset digital yang nilainya ditentukan…
Bitcoin merupakan aset kripto pertama, diluncurkan pada tahun 2009, dan…
Blockchain adalah teknologi revolusioner yang telah mengubah cara kita menyimpan…
Beri nilai untuk artikel ini
Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.
  Di masa depan, kamu mungkin tidak lagi perlu menyentuh
  Bayangin kalau kamu harus bawa sekilo garam buat beli
  Data Tak Pernah Bohong, Apalagi di Blockchain Pernah dengar
Gedung Millennium Centennial Center Lt.2, Jl. Jend. Sudirman No.Kav 25, Kuningan, Jakarta Selatan 12920.
Jl. Sunset Road No. 48 a-b, Legian, Kuta, Kabupaten Badung, Bali 80361.
Tamora Square, Jl. Subak Sari 13, Desa Tibubeneng, Kec. Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali 80361.
Tentang Kami
Hubungi Kami
Program Afiliasi
Bantuan
Market
Academy
OTC
Syarat dan Ketentuan
Kebijakan Privasi
API
Blog
Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
Copyright © 2025 PT Indodax Nasional Indonesia. All Rights Reserved.

source

Leave a Reply

This will close in 0 seconds