Nasional
Ketua PPIH Arab Saudi Muchlis Muhammad Hanafi (Kanan) didampingi Kepala Bidang MCH Khoiron. Foto: Metrotvnews.com/Misbahol Munir
Misbahol Munir • 12 May 2025 14:26
SHARE NOW
Makkah: Pemerintah Arab Saudi tengah menerapkan sistem pelayanan berbasis syarikah untuk penyelenggaran haji 1446 Hijriah ini. Dampaknya adalah jemaah satu kelompok terbang (Kloter) bisa terpisah, baik istri dengan suaminya, ataupun ibu dengan anaknya.
Namun, Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis M Hanafi, menyatakan pihaknya telah memprediksi kemungkinan hal itu bakal terjadi. Makanya, pihaknya sudah melakukan langkah mitigasi situasi tersebut.
“Yang dikhawatirkan adalah ketika yang terpisah itu adalah suami dengan istri, atau anak dengan orang tua. Ini sudah kita analisis sejak awal dan disampaikan ke Kementerian Haji dan para syarikat pada rapat 7 Mei lalu,” ujar Muchlis dalam konferensi pers di Kantor Urusan Haji (KUH) Makkah, Senin, 12 Mei 2025.
Menurut Muchlis, peluang terpisahnya anggota keluarga dari kloter adalah saat keberangkatan dari Madinah menuju Makkah pada gelombang pertama.
“Kalau yang terpisah itu suami dengan istri, akan diupayakan untuk kembali digabungkan saat di Makkah, termasuk lansia dengan pendampingnya,” kata Muchlis.
Baca juga: Visa Belum Terbit, 2 Calon Jemaah Haji Asal Jepara Batal Berangkat ke Tanah Suci |
Muchlis menjelaskan, pemisahan ini terjadi karena sistem baru mewajibkan jemaah dikelompokkan berdasarkan perusahaan penyedia layanan atau Syarikah, bukan lagi semata-mata berdasarkan kloter yang dibentuk di Indonesia. Dampaknya, jemaah dalam satu keluarga bisa ditempatkan di hotel berbeda, bahkan diangkut oleh bus berbeda.
Muchlis mengatakan pihaknya berpedoman terhadap kesepakatan yang dijalin antara PPIH dengan Syarikah. Sistem Syarikah memberikan kelonggaran bagi jemaah yang terpisah dari keluarga saat puncak prosesi penyelenggataan haji nanti.
“Syarikah kini sudah semacam berkoalisi, dan mereka memahami dampaknya. Kita juga bangun komunikasi agar jemaah tetap merasa nyaman,” tegas dia.
“Faktor kemanusiaan menjadi pertimbangan utama, terutama bagi jemaah lanjut usia atau mereka yang membutuhkan pendamping. Itu sangat diperhatikan,” ujarnya.
Pada musim haji tahun ini, Arab Saudi menerapkan sistem Muasasah atau Syarikah. Dengan sistem ini, jemaah dari seluruh dunia dilayani perusahaan lokal terdaftar yang bertanggung jawab penuh atas akomodasi, konsumsi, transportasi, hingga bimbingan ibadah. Indonesia sebagai salah satu negara pengirim jemaah haji hanya berfungsi sebagai fasilitator dan pengawas layanan.
Dampak dari sistem ini adalah proses penempatan jemaah tidak lagi sepenuhnya dalam kendali Indonesia. Sehingga, perlu penyesuaian di lapangan, termasuk dalam pembentukan kloter yang selama ini berbasis wilayah dan keluarga.
MOST POPULAR
terkait
lainnya
Metrotv © Copyright 2007 – 2025. All Rights Reserved