"Menganalisis, bukan sekadar menerima. Membaca, bukan hanya percaya. Menulis untuk membangun diskusi."
Selanjutnya
Tutup
Dalam dunia yang bergerak semakin cepat, pertumbuhan ekonomi sering dijadikan indikator utama keberhasilan sebuah negara. Namun dibalik deretan angka yang tampak mengesankan, tersembunyi masalah besar yang tidak bisa diabaikan: kerusakan lingkungan yang semakin meluas, ketimpangan sosial yang semakin dalam, dan ancaman perubahan iklim yang mengintai di depan mata. Indonesia, sebagai salah satu negara yang berkembang dengan ambisi besar dalam pembangunan, menghadapi tantangan serupa. Di satu sisi, percepatan pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun di sisi lain, kebutuhan untuk menjaga kepunahan alam sebagai penopang kehidupan menjadi semakin mendesak, mengingat dampak krisis iklim mulai nyata dirasakan di berbagai daerah.
Dalam situasi ini, pendekatan Donut Economy yangdiajukanyang dikembangkan oleh ekonom Kate Raworth menawarkan sebuah alternatif yang menarik untuk dipertimbangkan. Konsep ini mengajukan gagasan tentang bagaimana sebuah negara dapat mencapai kesejahteraan tanpa melampaui batas-batas ekologis planet. Dengan menyediakan kebutuhan dasar manusia dan perlindungan terhadap bumi, Donut Economy membuka peluang untuk membangun sistem ekonomi yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan. Pertanyaannya kini: mampukah Indonesia mengadopsi model ini dan menjadikannya peta jalan untuk masa depan yang lebih hijau dan sejahtera?
Krisis iklim global dan kerusakan ekosistem bukanlah ancaman yang akan terjadi di masa depan, melainkan sudah menjadi kenyataan yang kita hadapi saat ini. Dampak dari perubahan iklim dapat dilihat secara langsung melalui berbagai peristiwa ekstrem, seperti banjir yang semakin sering menghancurkan pemukiman, kebakaran hutan yang tidak terkendali dan merusak kawasan hutan tropis yang sangat penting bagi keseimbangan ekologis dunia, serta ancaman terhadap kelangsungan pangan yang semakin nyata. Menurunnya hasil pertanian akibat perubahan cuaca, serta berkurangnya pasokan udara bersih di berbagai daerah, menjadi gambaran jelas bagaimana ketidakstabilan lingkungan mempengaruhi kehidupan manusia. Ini hanyalah sebagian kecil dari dampak yang sudah terjadi, sementara kita masih memiliki banyak tantangan lain yang perlu dihadapi di masa depan.
Jika pola pembangunan ekonomi yang mengutamakan pertumbuhan tanpa memperhitungkan dampak terhadap lingkungan terus terpelihara, maka kerusakan yang lebih besar bukan hanya merugikan ekosistem, tetapi juga dapat membahayakan fondasi ekonomi negara itu sendiri. Kerusakan alam yang terjadi akan berdampak pada sektor-sektor ekonomi utama, seperti pertanian, perikanan, dan pariwisata, yang sangat bergantung pada keinginan sumber daya alam. Dalam skenario ini, Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam namun sangat rentan terhadap perubahan iklim, dapat menghadapi kerugian yang sangat besar. Bukan hanya dalam hal kerugian finansial, namun juga dalam aspek sosial dan politik, karena bencana alam yang semakin sering dapat menyebabkan ketegangan sosial dan menambah beban negara dalam menangani pengungsi atau korban bencana. Jika perubahan tidak segera dilakukan, Indonesia mungkin harus membayar harga yang sangat mahal, baik dalam bentuk kerugian ekonomi yang tidak termasuk maupun kerusakan jangka panjang yang dapat mengancam kelangsungan hidup bagi generasi mendatang.
Dalam menghadapi tantangan besar yang ditimbulkan oleh krisis iklim dan kerusakan lingkungan, konsep Donut Economy menawarkan sebuah alternatif yang lebih berkelanjutan dan inklusif . Model ini menggambarkan sebuah ” ruang aman ” di mana kehidupan manusia bisa berkembang dengan sejahtera tanpa melampaui batas – batas yang ditentukan oleh alam . Dalam kerangka ini , bagian dalam ” donat ” menggambarkan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi agar kehidupan dapat berjalan dengan layak , seperti akses terhadap pangan , pendidikan , air bersih , dan layanan kesehatan . Semua aspek ini merupakan fondasi penting dalam mencmenawarkan alternatif yang lebih berkelanjutan dan inklusif. Model ini menggambarkan sebuah “ruang aman” di mana kehidupan manusia bisa berkembang dengan sejahtera tanpa melampaui batas-batas yang ditentukan oleh alam. Dalam kerangka ini, bagian dalam “donat” menggambarkan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi agar kehidupan dapat berjalan dengan layak, seperti akses terhadap pangan, pendidikan, air bersih, dan layanan kesehatan. Semua aspek ini merupakan fondasi penting dalam menciptakan kualitas hidup yang lebih baik dan merata bagi setiap individu.
Namun, model Ekonomi Donat juga menekankan bahwa dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar tersebut , manusia harus menjaga agar aktivitas ekonominya tidak melebihi kapasitas alam . Di bagian luar donatjuga menekankan bahwa dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar tersebut, manusia harus menjaga agar aktivitas ekonominya tidak melebihi kapasitas alam. Di bagian luarnya, terdapat batas-batas ekologi yang tidak boleh dilanggar, seperti kestabilan iklim, kelestarian keanekaragaman hayati, dan siklus alami seperti perairan dan tanah yang subur. Dengan pendekatan ini, ekonomi tidak lagi dipandang sebagai tujuan utama yang harus dicapai dengan cara apapun, melainkan sebagai alat untuk menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan dan inklusif bagi seluruh umat manusia. Dengan kata lain, konsep ini mengajukan ide bahwa pertumbuhan ekonomi yang sehat harus berjalan seiring dengan pelestarian planet, menjadikan Donut Economy sebagai model yang sangat relevan di tengah situasi krisis lingkungan global saat ini.
Penerapan prinsip Ekonomi Donat juga dapat ditemukan di berbagai kota lain di dunia yang mulai menyadari pentingnya pembangunan berkelanjutan . Misalnya saja , Kota Portland di Amerika Serikat telah mengadopsi pendekatan serupa dalam mengintegrasikan keingintahuan sosial dan ekologi ke dalam kebijakan publik mereka . Portland fokus pada pembangunan kota yang ramah lingkungan dengan mengurangi emisi karbon , meningkatkan ruang hijau , dan mengembangkan sistem transportasi berbasis energi terbarukan . Selain itu , kota ini juga aktif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial dengan mendukung ekonomi lokal dan inklusif , serta memprioritaskan akses yang setara terhadap pendidikan dan layanan kesehatan bagi seluruh penduduknya .juga dapat ditemukan di berbagai kota lain di dunia yang mulai menyadari pentingnya pembangunan berkelanjutan. Misalnya, Kota Portland di Amerika Serikat telah mengadopsi pendekatan serupa dalam mengintegrasikan keingintahuan sosial dan ekologi ke dalam kebijakan publik mereka. Portland fokus pada pembangunan kota yang ramah lingkungan dengan mengurangi emisi karbon, meningkatkan ruang hijau, dan mengembangkan sistem transportasi berbasis energi terbarukan. Selain itu, kota ini juga aktif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial dengan mendukung ekonomi lokal dan inklusif, serta memprioritaskan akses yang setara terhadap pendidikan dan layanan kesehatan bagi seluruh penduduknya.
Contoh lainnya adalah Kota Barcelona di Spanyol, yang juga mulai mengadopsi prinsip Donut Economy dalam upaya merancang kota yang lebih berkelanjutan. Barcelona telah memprioritaskan sirkular ekonomi, mengurangi ketergantungan pada konsumsi sumber daya alam yang berlebihan, serta melibatkan warga dalam pengambilan keputusan untuk menciptakan lingkungan yang lebih adil dan berkelanjutan. Barcelona juga memperkenalkan konsep “superblocks,” yang bertujuan mengurangi polusi dan meningkatkan kualitas hidup melalui pengurangan kendaraan bermotor di area tertentu dan memperluas ruang publik untuk pejalan kaki serta komunitas lokal.
Melalui berbagai inisiatif ini, kota-kota tersebut membuktikan bahwa penerapan Donut Economy bukanlah sesuatu yang utopis. Dengan mengutamakan kesejahteraan sosial dan pelestarian lingkungan, mereka berhasil menciptakan model pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif. Hal ini menunjukkan bahwa prinsip Donut Economy dapat diterjemahkan ke dalam kebijakan praktis yang mendorong kemajuan ekonomi sekaligus menjaga kelestarian planet dan kesejahteraan masyarakat.
Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk mengadopsi prinsip Donut Economy dan membangun ekonomi hijau yang berkelanjutan. Kekayaan alam Indonesia yang luar biasa mulai dari hutan tropis yang masih terjaga , keanekaragaman hayati laut yang sangat kaya , hingga potensi energi terbarukan yang melimpah seperti energi surya , angin , dan bioenergi — memberikan peluang yang sangat besar untuk mengembangkan perekonomian yang tidak hanya menguntungkan secara finansial , tetapi juga ramah lingkungan . Potensi ini dapat menjadi modal utama bagi Indonesia dalam mewujudkan transisi menuju ekonomi hijau yang tidak hanya mendukung pertumbuhan , tetapi juga menjaga kelestarian alam yang menjadi penopang kehidupan .dan membangun ekonomi hijau yang berkelanjutan. Kekayaan alam Indonesia yang luar biasa — mulai dari hutan tropis yang masih terjaga, keanekaragaman hayati laut yang sangat kaya, hingga potensi energi terbarukan yang melimpah seperti energi surya, angin, dan bioenergi — memberikan peluang yang sangat besar untuk mengembangkan ekonomi yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga ramah lingkungan. Potensi ini dapat menjadi modal utama bagi Indonesia dalam mewujudkan transisi menuju ekonomi hijau yang tidak hanya mendukung pertumbuhan, tetapi juga menjaga kelestarian alam yang menjadi penopang kehidupan.