RADAR MALANG – Nilai tukar rupiah yang sempat mendekati Rp17.000 per dolar Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu faktor utama menurunnya cadangan devisa Indonesia.
Bank Indonesia (BI) melaporkan, posisi cadangan devisa pada akhir April 2025 tercatat sebesar US$152,5 miliar, turun tajam US$4,6 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.
Penurunan ini terutama dipicu oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan langkah intervensi BI untuk menstabilkan nilai tukar di tengah gejolak pasar keuangan global.
Baca Juga: India Lancarkan Serangan ke 9 Titik di Pakistan: Ketegangan Nuklir Asia Selatan Memuncak
BI melakukan berbagai intervensi di pasar valuta asing.
Intervesi ini juga dilakukan di pasar off-shore dan domestik, guna menahan laju pelemahan rupiah yang sempat terjadi akibat tekanan eksternal, seperti kebijakan tarif Amerika Serikat dan respons Tiongkok.
Intervensi ini dilakukan secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York, serta di pasar domestik melalui transaksi spot, DNDF, dan pembelian Surat Berharga Negara di pasar sekunder.
Baca Juga: Tambah Jumlah SPPG Makan Bergizi di Kabupaten Malang
Meski cadangan devisa menurun, BI menegaskan posisi saat ini masih aman karena setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor.
Untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah juga jauh di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
BI optimistis cadangan devisa tetap memadai untuk menjaga ketahanan sektor eksternal dan stabilitas makroekonom.
Baca Juga: Viral! Artis Ibu Kota Luna Maya yang Lakukan Egg Freezing, Intip Prosedur Hingga Biaya Egg Freezing di Indonesia
Sejalan dengan prospek ekspor, surplus neraca transaksi modal dan finansial, serta persepsi positif investor terhadap ekonomi nasional.(NR)
Editor: Aditya Novrian
Sumber: bisnis.com, Nasional Kontan
Jl. Kawi 11-B, Kota Malang – Jawa Timur.
0341-35560, Fax : 0341-348638
[email protected]
©2025 ProMedia Teknologi