Cobalt Institute Dorong Kolaborasi Teknologi Baterai dan Elektrifikasi Ramah Lingkungan di Indonesia – Media Nikel Indonesia

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Senior Sustainability Manager, Cobalt Institute, Tom Fairlie menegaskan, pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mendorong elektrifikasi dan pembangunan industri baterai berkelanjutan di Indonesia.
Hal ini dia disampaikan dalam forum diskusi mengenai masa depan industri kendaraan listrik dan rantai pasok mineral kritis acara China Nickel Industry Association (CNIA).
“China membawa teknologi ke Indonesia disertai investasi dan ekspor, namun mereka juga membawa sistem keamanan dan mendorong promosi peningkatan kualitas bahan seperti Mixed Hydroxide Precipitate (MHP),” ujar Tom pada acara tersebut di Shangri-La Hotel, Jakarta, Selasa (13/5/2025).

Ia menyoroti tren global, terutama di Amerika Serikat, yang saat ini mengandalkan baterai NFC untuk 10 model kendaraan listrik teratas. Sementara itu, China masih mendominasi permintaan manufaktur baterai secara global.
Menurutnya, elektrifikasi transportasi akan sangat bergantung pada baterai berkepadatan energi tinggi, dan banyak teknologi penunjang akan berbasis pada riset di lingkungan kampus.
“Kolaborasi pertama yang ingin saya fokuskan adalah pada permintaan bahan kimia penting, termasuk dari sektor kedokteran gigi, yang dapat menopang keberlanjutan industri ini,” tambahnya.

Tom juga menekankan perlunya nilai tambah dalam rantai pasok lokal.
“Dengan teknologi  New Hampshire (NH) Tech Alliance yang mulai masuk ke Indonesia, langkah logis berikutnya adalah lokalisasi lebih lanjut, termasuk produksi sel baterai di dalam negeri,” ujarnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa pasar utama baterai isi ulang masih berada di Barat, dan produsen menghadapi kekhawatiran dari Original Equipment Suppliers (OES) terkait keselamatan kerja, standar produksi, dan komunikasi lokal di pabrik.

“Jejak karbon menjadi isu krusial dan sekaligus peluang kolaborasi. Industri harus responsif terhadap kekhawatiran masyarakat serta mengadopsi metode asuransi yang tersertifikasi pihak ketiga,” tegasnya.
Sebagai penutup, Tom menyoroti regulasi baterai dari Uni Eropa yang akan berdampak luas. Ia menyebut bahwa industri harus mulai menyesuaikan diri dengan regulasi tersebut, termasuk standar Radio Frequency Production Standards (RFID) yang pedoman atau spesifikasi untuk pengembangan dan penggunaan produk, dan program jaminan mineral yang bertanggung jawab.
“Intinya, kita perlu membangun kepercayaan terhadap produk melalui kolaborasi yang solid dan standar yang terjamin,” pungkasnya. (Shiddiq/Lily)

source

Leave a Reply

This will close in 0 seconds