Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Dana pihak ketiga (DPK) valuta asing (valas) di perbankan masih bertumbuh di tengah tren pelemahan rupiah.
Melansir data Bank Indonesia, DPK valas perbankan per Januari 2025 tercatat sebanyak Rp 1.310,2 triliun, naik 3,9% yoy dari Januari tahun 2024 yang sebesar Rp 1.261,0 triliun.
Pertumbuhan ini berlanjut di bulan berikutnya atau Februari 2025 yang tercatat naik 4,2% yoy menjadi Rp 1.317,5 triliun dari sebelumnya Rp 1.264,7 triliun.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, kondisi DPK valas perbankan memang menunjukkan tren kenaikan.
Menurutnya, hal ini berkat adanya kebijakan penempatan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA).
Seperti telah diketahui, sejak 1 Maret 2025, pemerintah mewajibkan seluruh eksportir komoditas nonmigas untuk menempatkan 100% DHE SDA ke sistem keuangan domestik selama 1 tahun. Adapun bagi sektor nonmigas, penempatan DHE diwajibkan sebesar 30% selama 3 bulan.
Untuk menjamin likuiditas valas ini, Trioksa bilang, perbankan perlu membatasi dan berhati-hati dalam menyalurkan kredit valasnya.
“Bila isu perang tarif mereda dan banyak good news dari dalam negeri, maka proyeksi DPK valas akan kembali meningkat, demikian juga sebaliknya,” sebut Trioksa kepada Kontan, Senin (21/4).
Baca Juga: Tabungan Valas Bank Mandiri Tumbuh 11% per Februari 2025
Selaras dengan data BI, Direktur Utama PT CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengaku, CIMB Niaga turut mencatat pertumbuhan DPK valas sebesar 12% yoy di kuartal I tahun ini. Sayang, Lani enggan merinci angka pastinya.
“Pertumbuhan kami sesuaikan dengan kebutuhan akan loan valas juga. Total liquidity terjaga baik,” ujar Lani, Senin (21/4).
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk juga mencatat kenaikan DPK valas, khususnya simpanan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA) sebesar 22% yoy di kuartal I 2025. Tren ini, kata Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, terus bertumbuh sejak aturan penempatan DHE SDA diwajibkan pemerintah beberapa waktu lalu.
“Fokus kami adalah memberikan layanan holistik yang mendukung pelaku ekspor dari proses awal hingga pengelolaan devisa secara menyeluruh,” ujar Darmawan beberapa waktu lalu.
Ke depan, kata Darmawan, Bank Mandiri akan terus mendukung pertumbuhan ini dengan memperkuat layanan perbankan digitalnya, khususnya Kopra by Mandiri.
Sebab, aplikasi ini dirancang sebagai platform terintegrasi untuk seluruh layanan perbankan wholesale, termasuk pembukaan rekening DHE SDA, FX transaction, hingga solusi pembiayaan dan trade finance.
Sepanjang tahun lalu saja, Kopra by Mandiri telah berhasil mengelola lebih dari 1,3 miliar transaksi, meningkat 21% yoy dengan nilai transaksi menembus Rp 22.700 triliun atau naik 17% yoy.
Adapun untuk menjaga likuiditas valas, Bank Mandiri juga memiliki berbagai macam alternatif untuk melakukan pendanaan. Baik via strategi penghimpunan DPK valas maupun pendanaan non-DPK (wholesale funding) melalui transaksi yang sifatnya bilateral, club deal, ataupun penerbitan surat utang.
Pada 24 Maret 2025 lalu, Bank Mandiri telah menerbitkan Euro Medium Term Note (EMTN) senilai US$ 800 juta.
“Kami meyakini melalui strategi pengelolaan likuiditas valas yang prudent, fleksibel, serta didukung oleh diversifikasi sumber dana yang solid, Bank Mandiri tetap berada dalam posisi yang kuat untuk menjaga kestabilan dan kecukupan likuiditas (valas) secara berkelanjutan,” kata Darmawan.
Baca Juga: Tumbuh Dua Bulan Berturut-turut, DPK Valas Perbankan Naik 4,2% di Februari 2025
Selanjutnya: Asing Net Sell Rp 686,73 Miliar, Catat Saham-Saham yang Banyak Dijual di Awal Pekan
Menarik Dibaca: 3 Jurus Jitu Finansial untuk Perempuan ala Astra Life
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News