Harga Bitcoin Tembus Rp1,7 M! Inflasi Reda Investor Koleksi – Warta Ekonomi

CEO INDODAX, Oscar Darmawan, menyebut tren penurunan inflasi di Amerika Serikat menjadi pemicu utama lonjakan harga Bitcoin dan meningkatnya minat investor terhadap aset kripto. Kinerja makroekonomi global yang membaik turut memicu gelombang optimisme baru di pasar digital.
“Dengan inflasi yang lebih rendah, investor merasa lebih yakin bahwa kebijakan suku bunga tinggi dari The Fed akan segera berakhir. Hal ini membuka peluang bagi dana yang sebelumnya tidak bergerak untuk masuk ke aset-aset berisiko, termasuk Bitcoin,” ujar Oscar dalam keterangan resminya, dikutip Kamis (15/5/2025).
Harga Bitcoin dilaporkan menembus rekor tertinggi baru di level USD105.000 atau sekitar Rp1,7 miliar. Kenaikan ini didorong oleh tiga faktor utama: meredanya inflasi AS, meningkatnya permintaan institusi, dan membaiknya situasi geopolitik global.
Baca Juga: Miliarder Tim Draper Sebut Bitcoin Lebih Unggul Daripada Stablecoin, Ini Alasannya
Data Bureau of Labor Statistics (BLS) menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen (CPI) AS untuk April 2025berada di level 2,3% year-on-year, turun dari bulan sebelumnya sebesar 2,4%. Ini merupakan inflasi terendah sejak Februari 2021.
Oscar menambahkan bahwa permintaan terhadap Bitcoin semakin dominan datang dari kalangan institusi besar. Berdasarkan data internal, investor institusi menyumbang 36% dari pembelian Bitcoin oleh sektor bisnis, diikuti oleh sektor teknologi (16,8%) dan konsultan (16,5%).
Salah satu aksi korporasi yang paling menonjol datang dari perusahaan Strategy (MSTR) yang membeli 13.390 BTCsenilai USD1,34 miliar.
“Permintaan dari institusi ini bukan sekadar spekulasi, melainkan mencerminkan kepercayaan jangka panjang terhadap Bitcoin sebagai instrumen diversifikasi dan pelindung nilai,” kata Oscar.
Ia meyakini bahwa masuknya institusi ke pasar kripto akan berdampak positif terhadap stabilitas harga dan perluasan adopsi.
“Ini adalah sinyal positif untuk pasar kripto secara keseluruhan, termasuk di Indonesia. Semakin banyak institusi yang terlibat, semakin stabil Bitcoin dan semakin luas adopsinya di kalangan pelaku pasar tradisional,” jelasnya.
Baca Juga: Bitcoin Melesat ke USD$105 Ribu, Waspadai Profit Taking Menjelang Rilis Data Inflasi AS!
Faktor eksternal lain yang memperkuat pergerakan Bitcoin adalah membaiknya kondisi geopolitik. Meredanya ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok, terutama setelah kesepakatan tarif terbaru, turut meredakan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global.
Oscar juga menekankan pentingnya kepastian regulasi untuk menjaga kepercayaan pasar. Ia mengapresiasi langkah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mendorong regulasi yang sehat dan terawasi untuk industri kripto di Indonesia.
Kendati demikian, Oscar mengingatkan bahwa aset kripto tetap memiliki risiko tinggi.
“Pergerakan harga Bitcoin sangat dipengaruhi oleh situasi global. Investor harus terus melakukan riset dan memahami risiko yang ada sebelum berinvestasi,” tegasnya.
Meski demikian, ia optimistis penguatan Bitcoin masih akan berlanjut dalam waktu dekat.
“Selama permintaan dari institusi terus meningkat, inflasi global terus mereda, dan adopsi teknologi kripto semakin luas, Bitcoin memiliki potensi untuk terus menguat,” ucap Oscar.
Ia menutup dengan menyatakan bahwa Bitcoin kini bukan lagi sekadar instrumen spekulasi, tetapi telah menjadi bagian dari sistem keuangan global yang berkembang.
 
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement
Bagikan Artikel:

source

Leave a Reply

This will close in 0 seconds