Top Performers
Bayangkan kamu baru saja mengirim transaksi kripto dari wallet pribadimu. Namun, tanpa disadari, transaksi tersebut malah terjadi dua kali.
Replay attack, atau serangan pengulangan, adalah teknik di mana peretas mencegat dan merekam data yang sah, lalu mengirimkannya ulang secara ilegal untuk menipu sistem agar menganggap data tersebut masih valid. Serangan ini sering digunakan untuk menggandakan transaksi atau mendapatkan akses yang tidak seharusnya.
Untuk memahami seberapa berbahayanya replay attack, penting untuk melihat bagaimana serangan ini bekerja secara teknis. Meskipun terlihat sederhana, serangan ini sangat efektif jika sistem tidak memiliki perlindungan dasar.
Intersepsi ? Simpan Data ? Kirim Ulang
Penyerang menyadap data yang sedang ditransmisikan melalui jaringan, seperti permintaan transaksi, kredensial login, atau token autentikasi. Ini bisa dilakukan melalui teknik sniffing atau malware.
Setelah berhasil menangkap data, penyerang menyimpannya secara utuh tanpa harus memahami isinya.
Data yang sudah disimpan kemudian diputar ulang ke sistem target. Karena datanya valid secara teknis, sistem bisa terkecoh dan memperlakukan permintaan itu sebagai permintaan baru.
Serangan ini biasanya efektif terhadap sistem yang tidak memiliki mekanisme keamanan berikut:
Pengirim —-(Data Transmisi)—-> Penerima
?
—-> [Penyerang] —-> Simpan —-> Kirim Ulang
Penjelasan singkat:
Penyerang menyadap data yang sah dari pengirim, menyimpannya, lalu mengirim ulang data yang sama ke penerima. Jika penerima tidak memiliki sistem verifikasi tambahan maka serangan bisa sukses tanpa perlu memodifikasi data sama sekali.
Meski teknologi blockchain dirancang untuk aman dan transparan, bukan berarti sistem ini kebal dari replay attack.
Dalam sistem seperti Bitcoin atau Ethereum, replay attack bisa terjadi jika penyerang mengirim ulang transaksi yang sebelumnya sah ke jaringan lain.
Smart contract yang tidak menggunakan nonce, timestamp, atau mekanisme validasi khusus berisiko besar. Penyerang dapat mengulang input yang sah untuk memicu aksi kontrak seperti penarikan dana atau perubahan status, tanpa perlu meretas isi kode.
Beberapa wallet dan aplikasi terdesentralisasi (DApp) yang tidak menerapkan EIP-155 (Ethereum Improvement Proposal) lebih rentan terhadap replay attack lintas jaringan.
Tanpa perlindungan ini, transaksi sah bisa berlaku di chain lain secara tidak sengaja, terutama saat hard fork.
Pada dasarnya, efek domino dari replay attack bisa sangat serius, di antaranya sebagai berikut:
Masih seputar topik ini, simak juga: DNS Hijacking: Serangan Licik yang Bikin Kripto Ambyar! & Cara Cegahnya
Replay attack sering kali dianggap lebih licik dibanding jenis serangan siber lain karena pelaku tidak memalsukan atau membobol data, melainkan menggunakan data sah yang direkam dan diputar ulang untuk mengecoh sistem.
Replay attack hanya memutar ulang komunikasi yang sah, sedangkan MitM secara aktif mencegat dan memodifikasi komunikasi antara dua pihak secara real-time.
DNS hijacking mengarahkan korban ke situs palsu dengan memanipulasi sistem domain (DNS), biasanya untuk mencuri data login atau melakukan phishing.
Credential stuffing menggunakan kombinasi username dan password curian dari satu layanan untuk mencoba masuk ke layanan lain.
Replay attack adalah jenis serangan di dunia blockchain di mana penyerang mengulang transaksi yang telah ditandatangani sebelumnya untuk mendapatkan keuntungan yang tidak sah.
Setelah hard fork Ethereum pada Juli 2016 untuk mengatasi masalah The DAO, dua jaringan terpisah muncul, yaitu Ethereum (ETH) dan Ethereum Classic (ETC).
Protokol 0x dan Ethereum Name Service (ENS) mengalami kerentanannya terhadap replay attack.
Serangan ini terjadi karena dompet multisignature Wintermute di Ethereum tidak mematuhi standar EIP-155, yang menyertakan chain ID dalam tanda tangan transaksi.
SlowMist, firma audit keamanan blockchain, telah mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai jenis replay attack dalam smart contract.
Meskipun tidak ada laporan spesifik dari CertiK dan Halborn mengenai replay attack dalam hasil pencarian yang tersedia, kedua firma ini dikenal karena audit keamanan mereka yang mendalam terhadap smart contract dan protokol DeFi.
Replay attack adalah jenis serangan di mana penyerang mengambil transaksi atau tanda tangan digital yang sah dan memutarnya ulang di waktu atau tempat lain untuk mendapatkan akses atau keuntungan yang tidak sah.
Melakukan analisis pada log sistem dan transaksi blockchain dapat membantu mendeteksi pola duplikasi.
Nonce digunakan untuk memastikan keunikan setiap transaksi. Dengan melacak nonce per alamat, kamu dapat mendeteksi jika ada reuse nonce atau anomali dalam urutannya.
Replay attack dapat terjadi jika hash transaksi atau signature digunakan ulang. Deteksi dilakukan dengan memindai duplikasi signature atau nilai hash yang muncul di jaringan blockchain.
Membuat basis data untuk menyimpan semua signature yang pernah digunakan, termasuk metadata seperti waktu, jaringan, dan tujuan, memungkinkan kamu memverifikasi apakah signature baru sudah pernah digunakan sebelumnya.
Dengan menambahkan timestamp ke dalam pesan yang ditandatangani, sistem dapat memverifikasi apakah signature masih dalam periode validnya.
Signature harus mengandung informasi yang mengikat, seperti tujuan transaksi dan ID jaringan (chain ID). Hal ini penting agar signature tidak bisa digunakan ulang untuk tujuan berbeda atau di jaringan lain.
Kamu mungkin tertarik dengan ini juga: Peran Penting Nonce dalam Keamanan Blockchain
Replay attack merupakan ancaman serius di sistem blockchain dan aplikasi Web3. Dalam serangan ini, transaksi atau signature yang sah diputar ulang oleh pihak ketiga untuk mendapatkan akses atau dana secara ilegal.
Nonce (number used once) adalah bilangan unik yang digunakan untuk memastikan bahwa setiap transaksi hanya bisa diproses satu kali. Penggunaan nonce mencegah transaksi lama atau duplikat untuk diproses kembali.
Timestamp dalam struktur data atau payload memastikan bahwa signature hanya berlaku dalam rentang waktu tertentu. Hal ini membantu mencegah reuse signature yang sudah kedaluwarsa. Berikut ini contoh penggunaannya:
Pastikan bahwa setiap signature hanya digunakan sekali dan tidak dapat berlaku kembali untuk request lain. Simpan hash signature yang sudah digunakan dan tolak jika digunakan kembali.
EIP-155 menambahkan chain ID ke dalam struktur signature sehingga tanda tangan transaksi hanya berlaku di jaringan tertentu. Hal ini mencegah replay attack antar jaringan (misalnya antara Ethereum dan testnet atau chain lain).
Gunakan lapisan keamanan tambahan pada komunikasi antara pengguna dan backend.
TLS + Token per Sesi
Lakukan audit keamanan untuk menemukan potensi kerentanan replay attack, utamanya pada kontrak yang menangani signature, transaksi off-chain, atau bridging antar chain.
Berikut ini adalah beberapa rekomendasi tool untuk audit:
Selain itu, bekerja sama dengan firma audit seperti CertiK, SlowMist, atau Halborn juga sangat disarankan.
Adapun di bawah ini adalah tabel rangkuman langkah proaktif untuk mencegah replay attack:
Jika kamu menjadi korban replay attack, penting untuk segera mengambil langkah-langkah pemulihan guna mencegah kerugian yang lebih besar. Berikut ini tindakan yang sebaiknya dilakukan secara cepat dan terstruktur, antara lain:
Segera hentikan semua aktivitas yang berkaitan dengan wallet atau smart contract yang terindikasi telah disusupi.
Jika serangan terjadi akibat penyalahgunaan signature dalam proses otentikasi (seperti login Web3) maka lakukan reset terhadap token sesi dan sistem otorisasi.
Lakukan penelusuran menyeluruh terhadap histori transaksi di blockchain explorer (seperti Etherscan, Arbiscan, dsb).
Hubungi penyedia layanan dompet (seperti MetaMask, Trust Wallet, Ledger) atau bursa tempat aset disimpan untuk melaporkan insiden.
Periksa apakah signature atau transaksi yang sama digunakan di jaringan lain (contoh: dari Ethereum ke Optimism).
Itulah informasi menarik tentang Replay Attack yang bisa kamu eksplorasi lebih dalam di artikel Akademi crypto di INDODAX. Selain memperluas wawasan investasi, kamu juga bisa terus update dengan berita crypto terkini dan pantau langsung pergerakan harga aset digital di INDODAX Market. jangan lupa aktifkan notifikasi agar kamu selalu mendapatkan informasi terkini seputar aset digital dan teknologi blockchain hanya di INDODAX Academy.
Sebagai kesimpulan, replay attack bukan sekadar ancaman lama yang terlupakan. Di era kripto yang semakin terbuka, serangan ini justru marak kembali karena mengeksploitasi celah sederhana seperti kurangnya validasi ulang dalam sistem.
Signature reuse, transaksi tanpa nonce, dan lemahnya pembatasan konteks menjadi pintu masuk yang sering diabaikan.
Untuk itu, penting bagi setiap pelaku di ekosistem blockchain—baik developer, pengguna, maupun penyedia layanan—untuk memahami cara kerja replay attack, potensi risikonya, dan menerapkan langkah pencegahan secara konsisten.
Karena itu, jangan tunggu sampai sistem disusupi. Pada dasarnya, bertindak lebih awal berarti menghindari kerugian yang besar di kemudian hari.
Replay Attack adalah serangan siber di mana data sah dikirim ulang oleh penyerang untuk mengecoh sistem agar menganggapnya valid.
Ya. Jika tidak ada nonce atau validasi transaksi unik, sistem blockchain rentan terhadap replay.
Tidak. Replay hanya mengulang data sah, sedangkan man-in-the-middle memanipulasi atau menyisipkan data baru.
Perhatikan duplikasi transaksi, perintah yang tereksekusi ulang, dan hash transaksi identik.
Gunakan sistem nonce, validasi signature, dan pastikan smart contract audited serta mengikuti standar keamanan terbaru seperti EIP-155.
Author: BOY
Apa Itu Kripto? Kripto adalah aset digital yang nilainya ditentukan…
Bitcoin merupakan aset kripto pertama, diluncurkan pada tahun 2009, dan…
Blockchain adalah teknologi revolusioner yang telah mengubah cara kita menyimpan…
Beri nilai untuk artikel ini
Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.
Bayangkan kamu baru saja mengirim transaksi kripto dari wallet pribadimu.
Bayangkan kamu mengakses situs kripto favorit dan tiba-tiba saldo dompet
Sergej Kunz adalah sosok yang dikenal dalam dunia digital dengan
Gedung Millennium Centennial Center Lt.2, Jl. Jend. Sudirman No.Kav 25, Kuningan, Jakarta Selatan 12920.
Jl. Sunset Road No. 48 a-b, Legian, Kuta, Kabupaten Badung, Bali 80361.
Tamora Square, Jl. Subak Sari 13, Desa Tibubeneng, Kec. Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali 80361.
Tentang Kami
Hubungi Kami
Program Afiliasi
Bantuan
Market
Academy
OTC
Syarat dan Ketentuan
Kebijakan Privasi
API
Blog
Segala bentuk transaksi aset kripto memiliki risiko dan berpeluang untuk mengalami kerugian. Tetap berinvestasi sesuai riset mandiri sehingga bisa meminimalisir tingkat kehilangan aset kripto yang ditransaksikan (Do Your Own Research/ DYOR). Informasi yang terkandung dalam publikasi ini diberikan secara umum tanpa kewajiban dan hanya untuk tujuan informasi saja. Publikasi ini tidak dimaksudkan untuk, dan tidak boleh dianggap sebagai, suatu penawaran, rekomendasi, ajakan atau nasihat untuk membeli atau menjual produk investasi apa pun dan tidak boleh dikirimkan, diungkapkan, disalin, atau diandalkan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun.
Copyright © 2025 PT Indodax Nasional Indonesia. All Rights Reserved.