Ekonomi
Ilustrasi. Foto: Dok MI
Eko Nordiansyah • 6 May 2025 16:27
SHARE NOW
Jakarta: Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melaju pada penutupan perdagangan sore ini. Meski sempat melemah pada pagi tadi, rupiah merangsek naik hingga menuju level Rp16.400-an per USD.
Mengacu data Bloomberg, Selasa, 6 Mei 2025, rupiah menguat cuma enam poin atau 0,04 persen ke posisi Rp16.449 per USD dibandingkan sebelumnya di posisi Rp16.455 per USD.
Sementara berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah malah melemah 16 poin atau 0,10 persen menjadi Rp16.445 per USD dibandingkan sebelumnya di posisi Rp16.429 per USD.
Sedangkan berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (disingkat Jisdor), mata uang Garuda ini terpantau berada di posisi Rp16.472 per USD, melemah dibandingkan kemarin sebesar Rp16.421 per USD.
Pelemahan rupiah sudah diprediksi
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan melemah.
“Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.440 per USD hingga Rp16.500 per USD,” ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
Baca juga: Dihantui Resesi, Ekonomi Indonesia Mengkhawatirkan |
(Ilustrasi rupiah. MI/Susanto)
Ibrahim mengungkapkan, proyeksi pelemahan rupiah hari ini didorong oleh sentimen rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pada triwulan I-2025 melambat ke 4,87 persen (yoy) dan terkontraksi 0,89 persen (qtq).
Meski terjadi kontraksi secara kuartalan, BPS akan terus memantau perkembangan ekonomi pada triwulan berikutnya dengan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk belanja pemerintah, tren konsumsi domestik, serta kondisi eksternal seperti harga komoditas dan stabilitas perdagangan internasional.
“Di tengah capaian pertumbuhan tahunan yang terjaga, sejumlah ekonom menilai pentingnya memperhatikan keberlanjutan konsumsi domestik yang menjadi pilar utama ekonomi nasional. Konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,89 persen memang menjadi penyumbang terbesar terhadap produk domestik bruto,” papar Ibrahim.
Namun, pertumbuhan ini dinilai masih belum cukup kuat untuk mengimbangi tekanan dari kontraksi sektor-sektor lainnya, terutama di tengah tren global yang belum menentu serta dampak kebijakan fiskal yang bersifat musiman.
Lebih jauh, prospek ekonomi pada kuartal berikutnya diperkirakan akan sangat bergantung pada kecepatan pemerintah dalam mencairkan anggaran belanja, stabilitas harga bahan pokok, dan keberlanjutan ekspor di tengah perang dagang global.
“Dukungan moneter seperti penguatan nilai tukar rupiah serta langkah Bank Indonesia dalam menjaga likuiditas pasar akan menjadi penentu dalam menjaga momentum pertumbuhan. Dengan menjaga komunikasi publik yang efektif dan menjaga kepercayaan pelaku usaha, pemerintah dinilai dapat meminimalkan gejolak yang muncul akibat tekanan domestik maupun eksternal,” tegas Ibrahim.
MOST POPULAR
terkait
lainnya
Metrotv © Copyright 2007 – 2025. All Rights Reserved