Mengacu data realtime Bloomberg, rupiah NDF pada sesi perdagangan Eropa Senin ini, diperdagangkan di kisaran Rp16.706/US$ pada pukul 15.33 WIB. Level itu mencerminkan pelemahan 0,7% dibanding harga pekan lalu.
Kisaran Rp16.700-an juga jadi level rupiah offshore terlemah sejak terakhir terjadi pada 29 April lalu di posisi Rp16.729/US$.
Bank Indonesia kemungkinan tidak akan membiarkan penurunan yang. terlalu tajam di pasar mancanegara karena akan berdampak pada pergerakan rupiah spot ketika pasar domestik kembali dibuka pada Rabu nanti. Seperti diketahui, BI memperluas cakupan intervensi rupiah hingga ke pasar mancanegara sejak guncangan pasar membesar pasca kebijakan tarif resiprokal diumumkan oleh Presiden Trump pada 2 April lalu.
Bukan hanya rupiah saja yang tertekan oleh kebangkitan lagi dolar AS. Hampir semua mata uang negara-negara G-10 juga melemah tertekan oleh dolar AS, dipimpin oleh yen yang ambles 1,7% sore ini, bersama franc Swiss dan euro yang melemah masing-masing 1,64% dan 1,26%.
Dibanding mata uang utama dunia, dolar juga dominan. Poundsterling melemah 1% sore ini, bersama krona Swedia yang juga ambles 1,15%. Lalu, dolar Australia juga tertekan 0,16%.
Sementara di Asia, won Korsel dan dolar Singapura, bersama dolar Hong Kong dan dolar Taiwan, juga melemah tertekan dolar AS. Hanya yuan offshore dan yuan renminbi yang masih menguat sejauh ini.
Pergerakan harga valuta sore ini mencerminkan hal yang sama sepertinya akan menimpa rupiah spot bila pasar domestik buka hari ini. Rupiah akan sulit mengelak dari tekanan kebangkitan dolar AS. Pada pekan lalu, rupiah mencetak kinerja buruk dengan pelemahan 0,5% terhadap dolar AS, performa terburuk dalam sebulan terakhir.
Dua negara ekonomi raksasa telah sepakat untuk menurunkan tingkat tarif yang dikenakan satu sama lain untuk sementara, selama 90 hari ke depan.
AS sepakat untuk memangkas tarif mereka terhadap barang-barang impor dari Tiongkok dari sebesar 145% menjadi 30%, termasuk tarif yang dikenakan pada fentanil mulai 14 Mei hingga 90 hari ke depan. Sementara Tiongkok juga bersedia menurunkan tarif mereka untuk barang-barang impor dari AS dari sebesar 125% menjadi 10%.
Hal itu disampaikan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam taklimat media yang digelar di Jenewa, pagi waktu setempat atau siang waktu Jakarta.
“Kami telah melakukan diskusi yang sangat kuat dan produktif mengenai langkah-langkah maju terkait fentanil. Kami sepakat bahwa tidak ada pihak yang ingin memisahkan diri,” kata Bessent, dilansir dari Bloomberg News, Senin siang.
Bessent juga mengatakan, kedua belah pihak akan membentuk mekansime untuk melanjutkan diskusi tentang hubungan ekonomi dan perdagangan.
Pengumuman hari ini menandai langkah besar menuju de-eskalasi perang tarif yang berkobar sangat panas sejak April lalu hingga mengguncang pasar keuangan di seluruh dunia.
Sebelum pernyataan konkret yang dirilis hari ini, dua negara telah memberikan petunjuk bahwa mereka mencapai kemajuan substansial dalam negosiasi perdagangan.
Perwakilan Perdagangan AS Jamieson Greer mengatakan AS ingin memiliki hubungan perdagangan yang lebih seimbang dengan Tiongkok.
Dalam pernyataannya hari ini, Bessent juga mengatakan, Britania Raya juga Swiss berada dalam antrian pembicaraan negosisasi dagang. Ia juga mengatakan, pembicaraan dagang dengan Tiongkok tidak membahas perihal mata uang.
(rui)
Hak Cipta © 2023 – Berita Mediatama Indonesia
Rupiah Offshore Jebol Lagi Rp16.700/US$ Pasca AS-China Sepakat – Market – Bloomberg Technoz
