Rupiah Tak Berdaya Lawan Dolar AS – Metrotvnews.com

Ekonomi
Ilustrasi. Foto: Dok MI
Eko Nordiansyah • 24 April 2025 16:15
SHARE NOW
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan sore ini kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sejak perdagangan pagi, rupiah sudah tertekan hingga menuju level Rp16.872 per USD.
 
Mengacu data Bloomberg, Kamis, 24 April 2025, rupiah melemah hingga satu poin atau 0,01 persen di posisi Rp16.872 per USD dibandingkan sebelumnya di posisi Rp16.871 per USD.
 
Sementara itu, berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah melemah hingga enam poin atau 0,04 persen menjadi Rp16.865 per USD dibandingkan sebelumnya di posisi Rp16.860 per USD.
 
Sedangkan berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), mata uang Garuda ini terpantau berada di posisi Rp16.884 per USD. Rupiah melemah dibandingkan kemarin sebesar Rp16.880 per USD.
 

Baca juga: 

Demi Jaga Rupiah, Keputusan BI Pertahankan BI-Rate Dinilai Tepat


(Ilustrasi rupiah. Metrotvnews.com/Eko Nordiansyah)

Sentimen domestik 

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, pergerakan rupiah terjadi karena adanya sentimen keputusan suku bunga acuan. Diketahui, Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan April 2025, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap di level 5,75 persen.

Penyebab BI mempertahankan suku bunga karena adanya ketidakpastian ekonomi global yang dipicu tensi perang dagang. Agresifnya eskalasi tit-for-tat, atau strategi saling membalas, antara Amerika Serikat dan Tiongkok dalam penentuan tarif impor antara kedua negara, semakin memperburuk ketidakpastian global.

Selain itu, kekhawatiran terkait tingkat inflasi dalam negeri karena walaupun data terkini menunjukkan bahwa inflasi masih berada di bawah rentang target BI, tekanan deflasi yang terjadi selama beberapa bulan terakhir cenderung bersifat temporer usai berakhirnya program subsidi tarif diskon listrik.

“Inflasi juga diprediksi akan meningkat secara perlahan seiring dengan berakhirnya diskon tarif angkutan udara untuk periode libur Idulfitri. Peningkatan permintaan agregat dan mobilitas masyarakat menyusul berbagai hari raya keagamaan dan periode cuti bersama di bulan-bulan mendatang turut berpotensi memberikan tekanan inflasi,” jelas Ibrahim.

Trump berniat pangkas tarif impor Tiongkok

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump menginginkan kesepakatan dengan Tiongkok di mana tarif perdagangan terhadap negara itu akan jauh di bawah level saat ini sebesar 145 persen. Ini terjadi setelah Menteri Keuangan Scott Bessent dilaporkan mengatakan perang dagang TIongkok-AS yang sedang berlangsung tidak berkelanjutan, dan mengharapkan de-eskalasi segera.

“Komentar Trump dan Bessent meningkatkan harapan Presiden akan lebih jauh menarik kembali agenda tarifnya, mengurangi atau bahkan sepenuhnya meniadakan dampak potensial tarif perdagangan AS yang tinggi pada ekonomi-ekonomi utama,” papar Ibrahim.

Sementara komentar Trump baru-baru ini tentang Tiongkok menghadirkan beberapa potensi perbaikan dalam hubungan. Presiden juga mengatakan setiap kesepakatan perdagangan dengan Tiongkok akan bergantung pada Beijing yang datang ke meja perundingan. 

Tiongkok sejauh ini menunjukkan sedikit niat untuk mundur, setelah mengenakan tarif balasan sebesar 125 persen pada barang-barang AS. Pasar khawatir atas dampak perang dagang yang mengerikan terhadap ekonomi Tiongkok, mengingat negara itu telah berjuang bahkan sebelum Trump menjabat.
MOST POPULAR
terkait
lainnya
Metrotv © Copyright 2007 – 2025. All Rights Reserved

source

Leave a Reply

This will close in 0 seconds