The Fed Beri Kabar Buruk, Pesta IHSG-Rupiah Teancam Berakhir? – CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia – Pergerakan pasar keuangan Tanah Air akhirnya berjalan senada, baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah sama-sama berada di zona penguatan. IHSG berhasil menembus level psikologis yang dinanti-nanti di 7.000, sementara rupiah masih bertahan di level psikologis US$16.500 terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pergerakan IHSG dan rupiah diperkirakan akan kembali menguat pada hari ini. Optimisme pasar yang besar danbeberapa sentimen yang dapat menjadi dorongan bagi pasar keuangan baik dari dalam negeri maupun luar negeri akan menopang IHSG. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3  pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.
IHSG pada perdagangan kemarin, Kamis (15/5/2025) melesat 0,86% atau naik 60,28 poin ke level 7.040,16. Penutupan tersebut pun berhasil mendorong IHSG meninggalkan level psikologis 6.900 yang sempat bertahan dalam perdagangan lima hari belakangan.

Sebanyak 345 saham naik, 257 turun, dan 208 tidak bergerak. Nilai transaksi perdagangan tergolong ramai yakni mencapai Rp 16,94 triliun yang melibatkan 36,59 miliar saham dalam 1,51 juta kali transaksi.
Mengutip Refinitiv, nyaris semua sektor berada di zona hijau. Hanya sektor bahan baku yang terkoreksi tipis.
Sektor properti, finansial dan kesehatan memimpin penguatan, dengan saham perbankan dan BUMN kembali menjadi penggerak utama IHSG hari ini.
Selain itu, Investor asing tercatat sudah mencari cuan di bursa saham RI setelah dalam beberapa belakangan. Pada perdagangan Rabu (14/5/2025), investor asing tercatat masuk ke bursa saham Rp 2,84 triliun dan menyasar saham-saham berkapitalisasi besar.
Ekonom sekaligus Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, tahun ini perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China lebih menarik perhatian investor ketimbang fenimema musiman.
Menurutnya, para investor meningkatkan selera risiko dengan membeli saham berkualitas yang memiliki prospek keuntungan yang tinggi di saat kondisi harga saham tengah turun, sehingga mendorong pasar ekuitas global yang lebih tinggi.
“Maka hal ini bisa meredam kekhawatiran akan Sell in May di tahun ini seiring dengan perang tarif antara Amerika Serikat dengan China mereda,” ujarnya saat dihubungi oleh CNBC Indonesia, Kamis (15/6).
Hal senada juga dikatakan oleh Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong. Menurutnya, kesepakatan antara kedua negara maju tersebut memberikan angin segar bagi investor pasar saham.
“Euphoria kesepakatan tarif AS China masih sangat mendukung sentimen. Investor juga mengantisipasi kesepakatan2 lain diantaranya AS dengan Jepang, Korea dll,” ungkapnya.
Seperti diketahui, ada kesepakatan perundingan perdagangan, dimana Washington setuju untuk memangkas tarif terhadap Beijing menjadi 30%, setelah dinaikkan 145% oleh Trump. Sementara China akan memangkas tarif menjadi 10% dari tarif balasan sebesar 125%, meskipun hanya bersifat sementara selama 90 hari, secara umum diapresiasi pasar global.
Hal ini mendorong Goldman Sachs untuk memangkas perkiraan risiko resesi di AS menjadi 35% dari 45%.
Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) mengumumkan jika indeks harga produsen naik atau mengalami inflasi 2,3% (year on year/yoy) pada April 2025 yang memberikan sentimen bullish bagi pasar. 
Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis (15/5/2025) ditutup pada posisi Rp16.510/US$ atau menguat 0,21%.

Rupiah akhirnya kembali perkasa usai dolar AS melemah pada Kamis seiring dengan melonjaknya won Korea Selatan di tengah spekulasi terus-menerus bahwa Washington sedang mengupayakan pelemahan dolar AS, yang pada gilirannya juga mengangkat mata uang Asia lainnya.
Pada Rabu kemarin, pejabat dari Korea Selatan dan AS bertemu minggu lalu untuk membahas nilai tukar dolar/won telah menyebabkan aksi jual dolar, menggarisbawahi suasana hati-hati di pasar setelah euforia awal atas gencatan senjata tarif AS-China awal minggu ini mereda.
Kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump yang agresif dan tidak menentu telah mengguncang kepercayaan investor terhadap dolar, yang menyebabkan penurunan tajam aset AS. Sementara pasar saham telah pulih dari kerugian April, dolar tetap berada di bawah tekanan.
Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Kamis (15/5/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun terpantau menguat 0,74% di level 6.837%. Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).

Dari pasar saham Amerika Serikat, bursa Wall Street kembali ditutup beragam.
Indeks S&P menguat selama empat hari beruntun ditopang kesepakatan dagang AS dan China. Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga turun, memberikan dorongan tambahan bagi pasar saham.

Indeks S&P menguat 0,41% dan ditutup di level 5.916,93, sementara Dow Jones Industrial Average menanjak 271,69 poin atau 0,65%, dan ditutup di 42.322,75. Namun, Nasdaq Composite turun 0,18% ke posisi 19.112,32.
Kepercayaan terhadap prospek jangka pendek pasar saham menguat setelah adanya optimisme meredanya perang dagang China vs AS. Pertemuan akhir pekan lalu antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan pejabat China tampaknya berhasil mencegah penurunan aktivitas ekonomi dalam jangka pendek serta lonjakan inflasi.
Saham-saham teknologi mencatat kinerja kuat sepanjang minggu ini. Nvidia dan Tesla masing-masing naik sekitar 15%, sementara Meta Platforms melonjak 9%. Amazon dan Alphabet masing-masing melesat lebih dari 6% dan 7%. Sepanjang minggu ini, Nasdaq Composite sudah naik 6,6%, diikuti oleh S&P 500 yang terapresiasi 4,5%, dan Dow menguat 2,6%.
“Ini adalah pasar yang telah bergeser ke arah optimisme yang hati-hati, yaitu sentimen pasar kini condong ke optimisme terukur, seiring meredanya kekhawatiran akan resesi dan pasar saham menunjukkan kekuatan fundamental,” kata Joe Cusick, wakil presiden senior dan spesialis portofolio di Calamos Investments, kepada CNBC International.

 
“Fase selanjutnya akan bergantung pada apakah reli saat ini dapat meluas dan bertahan sepanjang musim panas, atau justru mengalami konsolidasi atau koreksi yang sehat.” Imbuhnya.
Saham Foot Locker melonjak hampir 86% setelah Dick’s Sporting Goods mengumumkan rencananya untuk mengakuisisi perusahaan tersebut senilai $2,4 miliar.
Di sisi lain, saham UnitedHealth turun hampir 11% setelah The Wall Street Journal melaporkan – mengutip sumber – bahwa Departemen Kehakiman AS (DOJ) sedang menyelidiki perusahaan asuransi tersebut. Seorang juru bicara UnitedHealth kemudian mengatakan kepada CNBC bahwa pihaknya belum menerima pemberitahuan resmi dari DOJ terkait penyelidikan yang disebutkan.
Pelaku pasar juga menilai kondisi ekonomi pada Kamis, dengan adanya penurunan tak terduga pada harga grosir bulan lalu. Indeks harga produsen (PPI) untuk April kontraksi 0,5% dibanding bulan sebelumnya, lebih rendah dibandingkan proyeksi Dow Jones yakni inflasi 0,3%.
Penjualan ritel naik 0,1% di April, sesuai dengan ekspektasi konsensus, sementara produksi industri menurun sedikit lebih besar dari perkiraan.
Imbal hasil obligasi menurun setelah laporan inflasi yang lemah tersebut dirilis. Imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun turun lebih dari 8 basis poin menjadi 4,44%, sementara obligasi tenor 2 tahun turun 9 basis poin ke 3,96%.
Sepanjang pekan ini, IHSG mencatatkan kinerja cemerlang sementara rupiah cenderung melemah. Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan pasar hari ini, terutama dari luar negeri. Di antaranya adalah pidato Ketua The Fed Jerome Powell. 

Badan Pusat Statistik (BPS) batal mengadakan konferensi pers terkait pengumuman hasil neraca perdagangan beserta perkembangan ekspor dan impor periode April 2025 pada Kamis kemarin (15/5/2025).
Dikabarkan, BPS akan mengumumkan hasil neraca dagang periode April 2025 berbarengan dengan data inflasi yang akan diumumkan pada 2 Juni 2025 mendatang.
BPS merubah jadwal rilis data perkembangan ekspor-impor. Biasanya BPS merilis data ini tiap tengah bulan atau per tanggal 15, kini menjadi awal bulan.
BPS belum mengungkapkan alasan perubahan jadwal ini. namun menurutnya ini hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas data.
“Sebagai bentuk komitmen BPS untuk menghadirkan data yang berkualitas, BPS tidak lagi merilis Angka Sementara perkembangan ekspor impor yang biasanya dikeluarkan setiap tengah bulan,” tulisnya dalam keterangan resmi, Kamis (15/5/2025).
Merespons hal ini, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa belum ada koordinasi mengenai penundaan ini.
“Kalau BPS selalu independen melaporkan statistik,” katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (15/5/2025).
Namun saat ditanya mengenai apakah disebabkan adanya torehan data ekspor-impor yang tidak sesuai ekspektasi, ia menampik hal tersebut.
“Tidak ada kekhawatiran (data ekspor – impor buruk),” kata Airlangga.
Neraca perdagangan diproyeksi masih berada di zona surplus periode April 2025. Surplus kali ini diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.
Neraca perdagangan April 2025 akan mencerminkan seberapa besar dampak kebijakan perang dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Sebagai catatan, Trump mengumumkan kebijakan tarif impor 10% dan tarif resiprokal pada 2 April 2025. Trump juga terus mengganti kebijakan tarif impornya. Trump memang menunda tarif resiprokal hingga 90 hari tetapi tetap memberlakukan tarif 10%.
Kebijakan yang berubah-ubah ini tentu berdampak kepada aktivitas perdagangan karena importir atau eksportir bisa ragu memesan atau mengirim barang.
Surplus perdagangan Indonesia juga diperkirakan akan menyusut karena ada libur panjang Lebaran Hari Raya Idul Fitri hingga 8 April 2025.
Apabila surplus neraca perdagangan kali ini kembali terjadi, maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 60 bulan beruntun sejak Mei 2020.

Bank Indonesia (BI) telah merilis data terbaru Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia per Maret 2025. Besarannya naik sekitar 0,63% dibanding bulan sebelumnya, dari US$ 427,63 miliar menjadi US$ 430,35 miliar.
Dari nilai ULN yang senilai US$ 430,35 miliar itu atau bila dikonversi ke rupiah sebesar Rp 7.100,77 triliun (kurs Rp 16.500), mayoritas bersumber dari negara-negara pemberi pinjaman senilai US$ 205,60 miliar, atau naik dari catatan per Februari 2025 US$ 203,98 miliar.
Sisanya berasal dari organisasi internasional yang senilai US$ 45,55 miliar, juga naik dari bulan sebelumnya US$ 45,52 miliar, dan lainnya senilai US$ 179,09 miliar, ikut naik dari bulan sebelumnya US$ 178,11 miliar.
“Posisi ULN Indonesia pada triwulan I 2025 tercatat sebesar 430,4 miliar dolar AS, atau secara tahunan tumbuh sebesar 6,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV 2024 sebesar 4,3%,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso melalui siaran pers, Kamis (15/5/2025).
Berdasarkan negara kreditur, total ULN Indonesia per Maret 2025 paling besar masih berasal dari Singapura dengan nilai US$ 56,22 miliar. Nilai itu naik dibandingkan dengan catatan per Februari 2025 sebesar US$ 55,45 miliar.
Urutan kedua ialah berasal dari Amerika Serikat US$ 27,82 miliar. Utang yang berasal dari Negeri Paman Sam itu juga mengalami peningkatan dari catatan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 27,81 miliar.
Ketiga, ULN Indonesia terbesar berasal dari China dengan nominal sebesar US$ 23,03 miliar. Nilai itu malah lebih rendah dibanding catatan pada Februari 2025 yang sebesar US$ 23,33 miliar.
ULN Indonesia terbesar keempat berasal dari Jepang dengan nominal per Februari 2025 senilai US$ 20,79 miliar. Angka itu juga merosot dari catatan per Februari 2025 yang sebesar US$ 21,06 miliar.
Negara kreditur ULN terbesar kelima ke Indonesia ialah Hongkong dengan nilai per Februari 2025 sebesar US$ 19,07 miliar. ULN dari Hongkong juga turun dari catatan per Februari 2025 sebesar US$ 19,26 miliar.
Penjualan ritel Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan yang lebih baik dari perkiraan pada periode April, sementara produksi industri secara tak terduga tidak mengalami perubahan.
Penjualan ritel AS naik 0,1% secara bulanan (mtm) pada periode April, menyusul lonjakan 1,7% yang direvisi naik pada bulan Maret, menurut data Biro Sensus AS yang dirilis pada hari Kamis (15/5/2025).
Pasar memperkirakan angka tersebut tidak akan berubah. Kenaikan terbesar terlihat pada penjualan di toko-toko yang menyediakan layanan makanan dan minuman sebesar 1,2%.
Penjualan juga meningkat pada pedagang bahan bangunan dan perlengkapan taman, naik 0,8%, furnitur naik 0,3% dan toko elektronik dan peralatan naik 0,3%.
Di sisi lain, penjualan ritel mengalami penurunan sebesar 2,5% pada toko peralatan olahraga, hobi, alat musik dan buku, dan 2,1% pada pengecer toko serba ada.
Secara tahunan, penjualan ritel naik 5,2% pada periode April (yoy).
Kenaikan ini menunjukkan bahwa permintaan konsumen tetap tinggi di ekonomi terbesar di dunia, meskipun ada kekhawatiran tarif.
Sementara itu, produksi industri di AS tidak mengalami perubahan sejak Maret, meskipun ada perkiraan kenaikan sebesar 0,2%.
Indeks harga produsen (PPI) AS turun atau mengalami kontraksi 0,5% secara bulanan pada periode April 2025, lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar yakni naik 0,2%.
Hal ini menandai kontraksi pertama dalam Indeks Harga Produsen (PPI) sejak Oktober 2023 dan penurunan paling tajam sejak April 2020, setelah wabah Covid-19, yang terutama didorong oleh penurunan biaya layanan sebesar 0,7%.
Klaim pengangguran mingguan AS tetap stabil di angka 229.000, menandakan pasar tenaga kerja yang stabil meskipun ketidakpastian ekonomi meningkat akibat tarif. Perekrutan melambat karena bisnis tetap berhati-hati, dengan pengangguran diproyeksikan meningkat secara moderat pada akhir tahun.
Setelah pengurangan bea masuk impor China menjadi 30% dari 145% selama periode 90 hari, para ekonom memangkas estimasi mereka untuk pengangguran tahun ini.
Jumlah warga Amerika yang mengajukan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran tidak berubah minggu lalu, tetapi kesempatan kerja menjadi semakin langka bagi mereka yang menganggur karena ketidakpastian ekonomi akibat tarif membuat bisnis enggan meningkatkan perekrutan.
Klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara tetap stabil di angka 229.000 yang disesuaikan secara musiman untuk minggu yang berakhir 10 Mei, menurut laporan Departemen Tenaga Kerja pada hari Kamis (15/5/2025). Para ekonom yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan 229.000 klaim untuk minggu terakhir.
Klaim telah bergerak dalam kisaran 205.000-243.000 tahun ini, konsisten dengan tingkat PHK yang rendah secara historis.
Perusahaan-perusahaan telah mempertahankan pekerja mereka setelah kesulitan mencari tenaga kerja selama dan setelah pandemi COVID-19. Tarif yang berlaku terus-menerus oleh Presiden Donald Trump telah menciptakan lingkungan ekonomi yang tidak menentu, yang mengakibatkan perusahaan-perusahaan besar mulai dari maskapai penerbangan hingga produsen kendaraan bermotor menarik prakiraan keuangan mereka untuk tahun 2025.
Survei National Federation of Independent Business minggu ini menunjukkan pangsa usaha kecil yang melaporkan lowongan pekerjaan yang tidak dapat mereka isi turun pada bulan April ke level terendah sejak Januari 2021.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell memperingatkan bahwa era suku bunga mendekati nol kemungkinan besar telah berakhir. Dia juga l mengindikasikan bahwa suku bunga jangka panjang akan tetap tinggi karena volatilitas ekonomi.
Powell menyampaikan pernyataannya saat berbicara di Konferensi Riset Thomas Laubach, Washington, D.C dengan tema Framework Review (Tinjauan Kerangka Kebijakan) pada hari ini, Kamis waktu Washington DC.
Dalam sambutannya yang berfokus pada tinjauan kerangka atau review kebijakan bank sentral, yang terakhir dilakukan pada musim panas tahun 2020, Powell mencatat bahwa kondisi telah berubah secara signifikan selama lima tahun terakhir.  Review dilakukan setiap lima tahun sekali dengan mengevaluasi kembali kerangka kebijakan moneter The Fed – termasuk hasil dan metode yang digunakan untuk menentukan kebijakan suku bunga.
Selama lima tahun sejak peninjauan terakhir pada  2020, The Fed telah mengamati perubahan kondisi ekonomi, di mana inflasi yang melonjak dan tingkat pinjaman yang secara historis tinggi menjadi hal yang biasa. Meskipun inflasi bergerak mendekati target 2% The Fed dalam jangka panjang, suku bunga mendekati nol kemungkinan tidak akan lagi menjadi bagian dari kebijakan moneter ke depan.
“Suku bunga jangka panjang kini jauh lebih tinggi, terutama didorong oleh kenaikan suku bunga riil, mengingat ekspektasi inflasi jangka panjang yang tetap stabil,” ujar Powell dikutip dari CNN International.

Powell memperingatkan bahwa Amerika Serikat bisa menghadapi peningkatan guncangan pasokan (supply shocks). Peringatan ini disampaikan seminggu setelah bank sentral mengumumkan bahwa mereka akan menahan suku bunga tetap di tengah periode ketidakpastian ekonomi.
“Kita mungkin sedang memasuki periode di mana guncangan pasokan terjadi lebih sering, dan bahkan mungkin lebih persisten – ini tantangan besar bagi perekonomian dan bank sentral. Suku bunga riil yang lebih tinggi juga dapat mencerminkan kemungkinan bahwa inflasi dapat menjadi lebih fluktuatif ke depannya dibandingkan periode antar-krisis tahun 2010,” ujarnya.
The Fed mempertahankan suku bunga pinjaman acuannya mendekati nol selama tujuh tahun setelah krisis keuangan tahun 2008. Sejak Desember 2024, suku bunga pinjaman semalam telah berada dalam kisaran antara 4,25% hingga 4,5%, terakhir diperdagangkan pada 4,33%.
Pernyataan “guncangan pasokan” serupa dengan yang telah disampaikan Powell selama beberapa minggu terakhir yang memperingatkan bahwa perubahan kebijakan dapat menempatkan The Fed dalam posisi sulit antara mendukung lapangan kerja dan mengendalikan inflasi.
Meskipun ia tidak menyebutkan tarif Presiden Donald Trump dalam sambutannya pada Kamis, kepala bank sentral dalam beberapa hari terakhir telah mencatat kemungkinan bahwa tarif akan memperlambat pertumbuhan dan meningkatkan inflasi. Namun, tingkat dampaknya sulit diukur, terutama karena Trump baru-baru ini menarik kembali bea masuk yang lebih agresif sambil menunggu waktu negosiasi 90 hari.
Meskipun demikian, The Fed enggan melonggarkan kebijakan setelah memangkas suku bunga acuannya sebesar satu persen penuh tahun lalu.

CNBC Indonesia menggelar Investment Forum 2025, dengan tema “Strategi Perkuat Pasar Keuangan di Era Perang Dagang”. pada hari ini, Jumat (16/5/2025).
Ini merupakan forum yang membahas langkah konkret dalam memperkuat pasar keuangan nasional di tengah eskalasi perang dagang global, serta menghadirkan pemangku kepentingan dari regulator, industri keuangan, dan investor untuk mendalami tantangan eksternal dan merumuskan strategi menjaga stabilitas serta daya tarik pasar Indonesia.
Investment Forum CNBC Indonesia “Strategi Perkuat Pasar Keuangan di Era Perang Dagang” di Four Seasons Hotel, Jakarta Selatan. Turut hadir sebagai narasumber Ketua Komisi XI DPR, Ketua Dewan Komisiner Lembaga Penjamin Simpanan, Managing Director Danantara Indonesia, Direktur Pengaturan dan Standar Akuntansi Pasar Otoritas Jasa Keuangan, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek Indonesia, dan Ketua Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia.
Coffee Morning CNBC Indonesia “Menanti Insentif Bioetanol Demi Swasembada Energi” di DION Senayan Park, Jakarta Pusat. Turut hadir sebagai narasumber:
a. DIrektur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM
b. CEO Pertamina NRE
c. Wakil Ketua Komisi XII DPR
d. Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara

Investment Forum CNBC Indonesia “Strategi Perkuat Pasar Keuangan di Era Perang Dagang” di Four Seasons Hotel, Jakarta Selatan. Turut hadir sebagai narasumber:

a. Ketua Komisi XI DPR
b. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan
c. Managing Director Danantara Indonesia
d. Direktur Pengaturan dan Standar Akuntansi Pasar Otoritas Jasa Keuangan
e. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek Indonesia
f. Ketua Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia

Menteri Pertanian Amran Sulaiman memimpin rapat koordinasi dengan kepala daerah dan pemangku kepentingan di Gedung E, Kompleks Kementan, Jakarta Selatan.

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan memimpin rapat koordinasi terkait perubahan neraca komoditas dan larangan terbatas komoditas pangan di kantor Kemenko Pangan, Graha Mandiri, Jakarta Pusat.

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan memimpin rapat koordinasi terkait Percepatan Pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih di kantor Kemenko Pangan, Graha Mandiri, Jakarta Pusat.

RUPS PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) di Financial Hall Graha CIMB Niaga, Jakarta Selatan.

RUPST PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) di Aryanusa Ballroom, Menara Danareksa, Jakarta Pusat.

Konferensi pers peluncuran Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital Nomor 8 Tahun 2025 tentang Layanan Pos Komersial yang akan dilaksanakan di Media Center Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat. Narasumber: Menkomdigi.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

source

Leave a Reply

This will close in 0 seconds